Kita Hanya Bisa Menjadi Lebih Baik

Senin, 14 Mei 2012 14:21 WIB | 8.124 kali
Kita Hanya Bisa Menjadi Lebih Baik Suatu saat seorang muslimah datang kepadaku dengan penuh uraian air mata. Dengan terisak-isak dia mengungkapkan apa yang menjadi gundah hatinya. Sebuah kekecewaan karena "perasaan" selalu ada untuk mendengarkan orang lain, tetapi tidak mendapatkan orang lain yang setia mendengarkan ketika dirinya membutuhkan.

Kecewa yang dalam karena "perasaan" tidak ada satu pun sahabat yang bersedia mendengarkan galau hatinya. Dia pun datang kepadaku dengan keputusasaan. Waktu itu aku pun tidak berani berbicara banyak. Karena masing-masing orang memiliki masalah yang berbeda, tidak layak untuk disamakan. Meskipun di sisi lain kekecewaan tidak boleh berlarut-larut meruntuhkan keyakinan dan melalaikan waktu yang berjalan. Aku pun berusaha menenangkannya.

"Mbak... maaf saya hanya bisa mendengarkan tapi solusi yang terbaik tetap pada apa yang mbak putuskan untuk masalah yang ada," dia pun mengangguk mengizinkan aku bicara banyak untuk masalahnya.

’Terkadang kita merasakan banyak mendengarkan orang lain namun di lain waktu kita tidak menerimanya dari orang lain. Pada saat itu kita memiliki pilihan untuk tetap menjadi pendengar yang baik ataukah beralih mengambil peran lainnya. Kecewa itu pasti, tidak ada yang tidak kecewa bila diposisikan dengan apa yang mbak rasakan. Tapi coba kita renungi kembali, ’Diminta ketika dibutuhkan akan selalu lebi sering terjadi dari ada ketika kita membutuhkan.’ Oleh karena itu, meskipun kita berlari maka masalah yang sama akan selalu ada. Meskipun kita pergi dari sahabat kita, suatu saat kita akan menemukan masalah yang sama dari orang lain."

Dia pun menoleh ke arahku kemudian mengizinkanku untuk meneruskan pembicaraan.

"Ada baiknya pilihan itu diambil, apa ingin terus menjadi pendengar yang baik ataukah beralih pada peran lainnya saja.” Dia pun bertanya kepadaku, " Apakah harus dipilih salah satu? Bagaimana jika aku ingin menjadi pendengar yang baik?"

"Kalau mbak ingin menjadi pendengar yang baik, maka ber-usahalah untuk tidak menuntut lebih kepada orang yang bercerita kepada kita. Tuntutan berlebih hanya akan menjadikan kita lebih banyak kecewa. Jika kita tidak bisa menjadi sempura maka ada baiknya menghindari menuntut kesempurnaan :rang lain."

Diapun mengangguk dan mencoba mencerna apa yang ter-sampaikan. "Lalu bagaimana jika aku ingin curhat?"

Aku pun tersenyum dan menjawab, "Boleh, curhatlah tetapi tetap diingat bahwa yang mendengarkan bukan berarti harus menyelesaikan masalah kita, cukuplah terima mereka sebagaimana kemampuan mereka, ada yang bisa mendengarkan, ada yang bisa memberi solusi dan jangan kaget jika ada yang tidak menyempatkan waktunya untuk mbak. Kalau mbak ingin curhat yang tidak tergadaikan kan ada Allah. Bukankah Dia yang selama ini Maha Mendengarkan Doa-doa kita. Terjaga rahasianya dan insya Allah ketemu pula jaJan keluamya."

Muslimah itu tersenyum kepadaku dan mengatakan "Baiklah benar juga. Jika memang sudah tabiat untuk senang mendengarkan orang lain. Biarlah aku tetap menjadi pendengar. Jika ada masalah dan ingin cerita memang ada baiknya cerita tapi tidak mengharapkan lebih kepada orang lain atas masalah kita dan kembali menggantungkan segala urusan kepada-Nya"

Kami pun menutup pembicaraan ini dengan sebuah kalimat, "Kita memang tidak bisa menjadi sempurna, kita hanya bisa menjadi lebih baik, lebih baik, dan lebih baik. Selebihnva biarlah kesempurnaan kembali kepada-Nya." *hh*

Disadur dari buku Tuhan Tidak Tidur, Penulis: Havabe Dita Hijratullail, Jimmy Wahyudi Bharata; Penerbit: PT Elex Media Komputindo


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB