Pagi itu Rasulullah berniat pergi ke pasar untuk membeli
sepotong baju. Baju Beliau yang selama ini dipakai sudah sangat tipis karena terlalu
sering dicuci. Tak lupa Rasulullah membawa uang sebanyak delapan dirham.
Langkah-langkah Rasulullah selalu cepat dan lurus. Tidak belok
sana sini. Di satu jalan sebelum pasar terlihat ada seorang wanita yang sedang
menangis. Rasul pun mendekatinya.
"Apakah gerangan yang membuatmu menangis?" tanya Rasul.
"Wahai Rasul. Saya hendak ke pasar, tetapi uang saya hilang
di tengah jalan. Padahal uang itu pemberian suami saya. Dia pasti akan marah
sekali sama saya," jawab wanita itu.
Hati Rasulullah tersentuh oleh penderitaan wanita itu. Rasul
lalu mengambil dua keping dirham dan diberikannya kepada wanita itu. Rasulullah
melanjutkan perjalanannya. Di pasar beliau membeli sepotong baju seharga 2
dirham. Untuk ukuran Rasul, baju tersebut sangat sederhana. Hanya memenuhi
syarat menutupi aurat. Rasul pun pulang.
Di tengah jalan ada seorang laki-laki tua yang tidak
mengenakan apa-apa. Ketika Rasul bertanya, pria tua itu mengatakan tidak punya
uang untuk membeli baju. "Siapa saja yang memberiku pakaian, semoga Allah
memberinya pakaian dari sutra hijau di surge nanti."
Rasul lalu memberikan baju yang baru dibelinya tadi kepada
kepada pak tua itu. Rasul kembali ke pasar untuk membeli sepotong baju lagi
seharga 2 dirham. Dalam perjalanan pulang rasul mendapati seorang budak
menangis.
"Apa yang membuatmu menangis?" Tanya Rasul.
"Ya Rasul, saya ini budak. Saya disuruh majikan saya ke
pasar untuk menjual sesuatu dengan harga 2 dirham. Ketika ke luar dari pasar,
saya baru sadar bahwa uang itu telah hilang. Gara-gara itu saya telambat
pulang. Saya takut majikan saya memarahi saya berkali-kali karena sudah melakukan
dua kesalahan, menghilangkan uangnya dan telambat pulang," jawab wanita budak
itu.
Rasul mengambil 2 dirham dan memberikannya kepada wanita
itu. Sekarang uang delapan dirham milik Rasul sudah habis.
"Sekarang aku akan mengantarmu pulang dan menjelaskannya
kepada majikanmu," ujar Rasul.
Setiba di rumah majikan wanita itu, rasul mengucapkan salam.
Namun tidak dijawab. Rasul mengulanginya lagi hingga tiga kali baru mendapatkan
jawaban. Tuan rumah keluar menemui Rasul.
"Kenapa kamu tidak menjawab salamku? Apakah kamu tidak
mendengarnya?" Rasul bertanya.
"Saya mendengarnya ya Rasul, tetapi saya ingin lebih banyak
mendengarkan salamu. Jadi saya biarkan hingga tiga kali."
"Pembantumu ini terlambat pulang dan tidak berani pulang
sendirian. Sekiranya dia harus menerima hukuman, akulah yang akan menerimanya,"
terang Rasul. Ucapan ini sangat mengejutkan mereka. Kasih saying Nabi begitu
murni, budi pekerti utama, yang tampak indah di hadapan mereka. Beliau mau
berjalan panjang dan jauh hanya untuk mengantarkan seorang budak yang takut
dimarahi majikannya. Lagipula hanya terlambat pulang. Bahkan memeohon maaf
baginya pula.
"Kami memaafkan dan bahkan membebaskannya. Kedatangannya kemari
bersama engkau ya Rasul adalah berkah bagi kami semua," kata tuan rumah itu. Si
budak itu sangat gembira dan bersyukur atas karunia Allah SWT dan kebebasannya
karena dari Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw pulang dengan hati gembira. Dengan delapan
dirham telah menghilangkan ketakutan seorang istri, memberi pakaian seorang
tua, dan membebaskan seorang budak. "Sungguh aku tidak pernah melihat perkara
yang lebih berkah daripada uang delapan dirham ini, " kata Rasul.
Sumber:
Buku Mutiara-Mutiara Hati, Penulis Hadi S. Khuly,
Penerbit Gava Media