Dek,
ibu tidak mengajarkan kita untuk mencuri, kita boleh susah tapi tidak boleh
mencuri, kembalikan dek dan segeralah minta maaf."
"Kalau adik dimarah-marahin
terus dipukul sama orang- orang bagaimana?" tanyanya memelas.
"Nggak dik, kita sudah jujur nggak
mungkin dipukul."
"Tapi adik takutkata sang adik.
"Ya udah kakak temanin, tapi
adik harus ikut," sang adik pun mengangguk.
Mereka berdua berlari mengejar seorang kakek tua yang sedang menggandeng cucunya. Si adik bahkan tertatih-tatih
sampai kehilangan sendal jepit terbarunya. Lari sang kakak begitu cepat
mengejar sang kakek yang dompetnya diambil oleh adik.
Kakek tua itu memanggil angkot dan sang
kakak pun teriak sekuat tenaga, "Kakek... tunggu... ini dompetnya."
"Wah... maling tuh,
kejar-kejar," teriak seorang pedagang.
Mendengar teriakan itu, para pejalan kaki spontan mengejar. Sang kakak yang
melihat adik jauh tertinggal, kembali menghampiri adiknya dan menggendongnya.
Gang Kancil ini memang terkenal dengan copet dan jambret, warga resah
dan sangat berhati-hati, bahkan ada gosip yang mengatakan para pengemis sudah
dikelola oleh orang- orang yang tidak bertanggung jawab. Wajar jika kedua kakak
beradik ini dikejar oleh warga yang sangat membenci tindakan yang telah menjadi
aib di gang ini.
Tangan mereka satu per satu hampir meraih si adik, hingga
akhirnya kakek tua itu menoleh ke arah mereka.
"Kakek tolong kami, ini dompet kami,
tolong," pinta si kakak mengiba.
Kakek tua itu pun menggendong si
adik, spontan warga yang mengejar kaget. Dan salah satunya berteriak,
"Pak... itu yang ngambil dompet bapak."
"Bagaimana mereka mengambil
dompet, kalau mereka itu teman cucu saya, iya kan sayang," jawab kakek tua
itu tenang dan si cucu pun mengangguk mengikuti kalimat si kakek.
"Eyalah... ya udah deh, kita
kira maling, maaf tadi saya teriak. Ayoo bubar... bubar," teriak pedagang
kaki lima tersebut.
Kakek tua itu pun meletakkan sang
adik, dia menatap kedua anak tersebut dengan wajah heran, tampak setengah
marah. Melihat wajah si kakek, sang kakak pun berbicara.
"Maafkan kami ya kakek, adik
saya tidak tahu apa- apa. Dia ngambil dompet kakek dan sekarang kami
mengembalikannya, kami tidak sempat mengambilnya, kakek periksa aja."
Si kakek pun tersenyum, sopir angkot yang
sedari tadi parkir di tempat itu pun tersenyum.
"Di mana rumahmu nak...? Ini kakek
punya uang, ambil aja," jawab sang kakek.
"Jangan kakek, kami sudah salah, kami
belajar untuk jujur, nggak apa-apa, nggak dikasih nggak apa-apa."
"Tapi kalian kan pastinya belum makan," kata sang kakek
(bijak).
Mereka berdua menunduk, tiba-tiba si adik
nyeletuk, "Kak lapar..." rengekan si adik.
"Ssst... jangan berisik," kata
sang kakak mengingatkan.
"Sudahlah, kali ini kakek yang meminta, kebetulan
cucu kakek belum makan, kalian mau ikut sama kakek, kan?" Si adik pun
menarik baju kakaknya dan memegang tangan kakek tua tersebut, dan mereka pun
menaiki angkot menuju rumah makan terdekat di daerah pasar tersebut. *hh*
Disadur dari buku Tuhan Tidak Tidur,
Penulis: Havabe Dita Hijratullail, Jimmy Wahyudi Bharata; Penerbit: PT Elex
Media Komputindo