Belajar Jujur

Senin, 09 April 2012 06:40 WIB | 8.606 kali
Belajar Jujur Dek, ibu tidak mengajarkan kita untuk mencuri, kita boleh susah tapi tidak boleh mencuri, kembalikan dek dan segeralah minta maaf."

"Kalau adik dimarah-marahin terus dipukul sama orang- orang bagaimana?" tanyanya memelas.

"Nggak dik, kita sudah jujur nggak mungkin dipukul."

"Tapi adik takutkata sang adik.

"Ya udah kakak temanin, tapi adik harus ikut," sang adik pun mengangguk.

Mereka berdua berlari mengejar seorang kakek tua yang sedang menggandeng cucunya. Si adik bahkan tertatih-tatih sampai kehilangan sendal jepit terbarunya. Lari sang kakak begitu cepat mengejar sang kakek yang dompetnya diambil oleh adik.

Kakek tua itu memanggil angkot dan sang kakak pun teriak sekuat tenaga, "Kakek... tunggu... ini dompetnya."

"Wah... maling tuh, kejar-kejar," teriak seorang pedagang. Mendengar teriakan itu, para pejalan kaki spontan mengejar. Sang kakak yang melihat adik jauh tertinggal, kembali menghampiri adiknya dan menggendongnya.

Gang Kancil ini memang terkenal dengan copet dan jambret, warga resah dan sangat berhati-hati, bahkan ada gosip yang mengatakan para pengemis sudah dikelola oleh orang- orang yang tidak bertanggung jawab. Wajar jika kedua kakak beradik ini dikejar oleh warga yang sangat membenci tindakan yang telah menjadi aib di gang ini.

Tangan mereka satu per satu hampir meraih si adik, hingga akhirnya kakek tua itu menoleh ke arah mereka.

"Kakek tolong kami, ini dompet kami, tolong," pinta si kakak mengiba.

Kakek tua itu pun menggendong si adik, spontan warga yang mengejar kaget. Dan salah satunya berteriak, "Pak... itu yang ngambil dompet bapak."


"Bagaimana mereka mengambil dompet, kalau mereka itu teman cucu saya, iya kan sayang," jawab kakek tua itu tenang dan si cucu pun mengangguk mengikuti kalimat si kakek.

"Eyalah... ya udah deh, kita kira maling, maaf tadi saya teriak. Ayoo bubar... bubar," teriak pedagang kaki lima tersebut.

Kakek tua itu pun meletakkan sang adik, dia menatap kedua anak tersebut dengan wajah heran, tampak setengah marah. Melihat wajah si kakek, sang kakak pun berbicara.

"Maafkan kami ya kakek, adik saya tidak tahu apa- apa. Dia ngambil dompet kakek dan sekarang kami mengembalikannya, kami tidak sempat mengambilnya, kakek periksa aja."

Si kakek pun tersenyum, sopir angkot yang sedari tadi parkir di tempat itu pun tersenyum.

"Di mana rumahmu nak...? Ini kakek punya uang, ambil aja," jawab sang kakek.

"Jangan kakek, kami sudah salah, kami belajar untuk jujur, nggak apa-apa, nggak dikasih nggak apa-apa."

"Tapi kalian kan pastinya belum makan," kata sang kakek (bijak).

Mereka berdua menunduk, tiba-tiba si adik nyeletuk, "Kak lapar..." rengekan si adik.

"Ssst... jangan berisik," kata sang kakak mengingatkan.

"Sudahlah, kali ini kakek yang meminta, kebetulan cucu kakek belum makan, kalian mau ikut sama kakek, kan?" Si adik pun menarik baju kakaknya dan memegang tangan kakek tua tersebut, dan mereka pun menaiki angkot menuju rumah makan terdekat di daerah pasar tersebut. *hh*

 
Disadur dari buku Tuhan Tidak Tidur, Penulis: Havabe Dita Hijratullail, Jimmy Wahyudi Bharata; Penerbit: PT Elex Media Komputindo



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB