Barisan Terdepan

Selasa, 14 Februari 2012 00:00 WIB | 7.152 kali
Barisan Terdepan ...di malam Jumat, aku mendapat cerita dari sebuah buku yang kubeli untuk kado istri. Ia baru saja berulang tahun. Buku yang sangat menarik, diulas unik dengan bahasa-nya yang khas dan lugas serta selipan tuntunan yang apik. Membuka wawasanku untuk selalu bergerak maju dan maju.

Tidak kusia-siakan begitu saja paginya, karena Jumat menjadi hari yang istimewa untuk insan muslim di dunia. Sejak subuh kusiapkan pesan untuk membangunkan istri, keluarga, dan sahabat-sahabatnya dengan sebuah petikan hikmah yangl kukirim lewat sms dan status facebook. Isinya:

"Jumat adalah salah satu bentuk cinta dan sayang-Nya Tuhan kepada umat di dunia... dikumpulkan kita agar kita dapat mengisi hati ini dengan siraman rohani, sebagai bekal untuk diri ini dan keluarga jika sampai di rumah nanti. Jadikan shaf terdepan sebagai pilihan barisan shaf terbaik kita, karena barisan terdepan memiliki banyak keutamaan untuk kita semua...."

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw., pernah bersabda: "Seandainya orang-orang mengetahui pahala azan dan barisan (shaf) pertama, lalu mereka tidak a ka n memperolehnya kecuali enggan ikut undian, niscaya mereka akan berundi. Dan seandainya mereka mengetahui pahala menyegerakan shalat pada awai waktu, niscaya mereka akan berlomba- lomba melaksanakannya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala Shalat Isya dan Subuh, niscaya mereka akan mendatanginya meskipun dengan alan merangkak. " (HR. Bukhari)

Sering kali kita melihat, ada saja umat muslim yang melaku­kan Shalat Jumat, ia enggan memilih barisan depan. Mereka memilih barisan sekenanya. Padahal setiap jengkal ia duduk, ia berdiri dalam posisinya, sang malaikat mencatat. Dan Tuhan pun sudah menyiapkan ganjaran amalnya dengan ke­utamaan-keutamaan.

Semua tecermin dari sini, barangkali cara memilih barisan ini yang memengaruhi kegigihan kita dalam kehidupan sehari- hari. Bagaimana kita mau maju, kalau kita selalu memilih shaf barisan yang ada di belakang? Sebut saja kita selalu terting­gal dalam barisan perdagangan, di mana kita hanya menjadi penonton membiarkan negeri lain yang menciptakan dan me­nyodorkan produksi barangnya kepada kita, padahal sumber alamnya dari kita. Sementara kita terlena dengan kekayaan yang belum kita optimalkan semuanya.

Semoga di Jumat selanjutnya, kita mulai bergerak, memilih barisan terdepan untuk meraih keutamaan. Setelah itu, kita rapatkan barisan dengan memastikan jari pada kaki dan sen­tuhan pada siku saling bertemu, agar kita senantiasa bersatu padu sambil mengikuti gerakan pemimpin yang menjadi imam dalam Shalat Fardhlu. *jwb*

 
Disadur dari buku Tuhan Tidak Tidur, Penulis: Havabe Dita Hijratullail, Jimmy Wahyudi Bharata; Penerbit: PT Elex Media Komputindo



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB