Menjodohkan Pembantu

Selasa, 31 Januari 2012 00:00 WIB | 7.474 kali
Menjodohkan Pembantu Rabi`ah bin Ka`ab adalah seorang pemuda yang sejak pertumbuhannya sudah cemerlang dengan cahaya iman, karena itu sejak berjumpa dengan Rasul ia langsung ter­tarik dan mendambakan bisa selalu bersama Rasul dalam hidupnya.

Salah satu cara yang paling mungkin baginya bila ingin selalu bersama Rasul adalah menjadi pembantunya. Be­berapa waktu kemudian, Rabi`ah menyatakan maksudnya kepada Rasulullah saw.. Tanpa ragu-ragu Rasulullah saw. menerima dengan senang hati. Sejak itu sebagian besar waktu Rabi`ah habis bersama Rasulullah saw. dan beliau sangat puas dengan pelayanan Rabi`ah.

Kebiasaan Rasul adalah siapa saja yang berlaku baik kepadanya maka beliau membalasnya dengan lebih baik, begitu juga terhadap Rabi`ah. Suatu ketika Rasulullah memanggil Rabi`ah lalu berkata, "Hai Rabi`ah, katakanlah permintaanmu kepadaku, nanti kupenuhi."

Setelah beberapa saat terdiam karena berpikir terha­dap permintaan Rasul, Rabi`ah menjawab, "Ya, Rasulullah

berilah aku waktu untuk berpikir apa sebaiknya yang aku harus minta. Setelah itu kuberitahukan kepadamu."

"Baiklah kalau begitu," jawab Rasul.

Rabi`ah adalah seorang pemuda miskin yang tidak mempunyai keluarga. Setiap malam ia tidur di emperan masjid bersama orang-orang miskin lainnya. Banyak hal sebenarnya yang ingin ia minta. Pikirannya terus berkecamuk, apa sebenarnya permintaan yang terbaik. Akhirnya sampailah ia pada kesimpulan dan langsung ia menghadap Rasul.

"Apa permintaanmu, hai Rabi`ah?" tanya Rasul.

"Ya Rasulullah, aku mohon semoga engkau sudi berdoa kepada Allah agar aku menjadi temanmu di surga," pinta Rabi`ah.

Mendengar permintaan itu, agak lama Rasulullah terdiam, lalu berkata, ``Apa tidak ada lagi permintaan yang lain?"

"Tidak ya Rasul, rasanya tidak ada lagi permintaan yang melebihi permintaan tersebut bagiku," jawab Rabi`ah merendah.

"Kalau begitu bantulah aku dengan dirimu sendiri, banyak-banyaklah bersujud," pinta Rasulullah.

Karena begitu besarnya keinginan Rabi`ah menjadi teman Rasulullah di surga, ia pun sangat rajin berbadah.

Beberapa hari kemudian Rasulullah memanggil Rabi`ah lagi dan berkata, "Apakah engkau tidak ingin nikah, hai Rabia`ah?"

Jawaban Rabi`ah sama seperti jawaban sebelumnya. Namun setelah Rasulullah pergi, Rabi`ah agak menyesal Ia berpikir bahwa bukankah Rasulullah lebih tahu tentang dirinya. Ia pun berpikir bila Rasulullah bertanya lagi ten­tang perkawinan ia akan menjawab mau.

Beberapa hari kemudian Rasulullah bertanya lagi, ` "Apakah engkau tidak ingin menikah, hai Rabi`ah?".

"Tentu mau ya Rasulullah, tapi siapa yang mau kawin denganku? Engkau kan tahu bagaimana keadaanku."

Mendengar jawaban demikian, langsung Rabi`ah diperintahkan menemui seorang sahabat agar ia menga­winkan anaknya dengan Rabi`ah. Setiba di rumah seorang sahabat yang dimaksud, Rabi`ah langsung mengutarakan maksudnya. Sahabat Rasul itupun menyatakan, "Selamat datang Rasulullah dan selamat datang utusan Rasulullah. Demi Allah utusan Rasulullah tidak boleh pulang, kecuali bila keperluannya sudah terpenuhi."

Dengan penuh haru, Rabi`ah pun dinikahkan. Setelah itu Rabi`ah kembali kepada Rasul menjelaskan segala yang sudah terjadi. Rabi`ah berkata, "Ya Rasulallah, bagaimana aku harus membayar mas kawinnya?"

Mendengar pertanyaan demikian. Rasulullah me­manggil Buraidah ibnul Khashib lalu berkata, "Hai Buraidah, kumpulkan emas seberat biji kurma untuk Rabi`ah." Setelah emasnya terkumpul dan diserahkan kepada Rabi`ah, ia lalu menyerahkan kepada mertuanya. Begitulah seterusnya Rasulullah membantu biaya mahar Rabi`ah, termasuk untuk pesta pernikahan. Bahkan, Rasulullah menghadiahkan sebidang tanah di dekat tanah milik Abu Bakar.

Suatu hari terjadi percekcokan antara Rabi`ah dengan Abu Bakar soal perbatasan tanah` Dari percekcokan itu Abu Bakar sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas didengar. Ketika Abu Bakar menyadari kesalahan­nya, ia meminta Rabi`ah mengucapkan kata-kata itu lagi kepadanya sebagai hukuman. Namun, Rabi`ah tidak mau. Akhirnya, Abu Bakar melaporkan hal itu kepada Rasul.

Mendengar laporan itu, Rasulullah saw. memuji sikap Rabi`ah. Rasulullah memerintahkan Rabi`ah mengucap­kan, "Semoga Allah mengampuni Abu Bakar!"

Setelah Rabi`ah mengucapkan hal itu, Abu Bakar mengucapkan terima kasih kepadanya lalu pergi dengan airmata berlinang.

 
Disadur dari buku 10 dari 100 Kisah Seputar Keluarga, Penulis: Drs. H. Ahmad Yani, Penerbit: Al Qalam.



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB