Untaian Kesabaran

Rabu, 28 Desember 2011 00:00 WIB | 9.630 kali
Untaian Kesabaran Bayangkan gerak kesabaran itu sebagaimana sebuah pensil. Sebuah pensil akan sangat berguna dan siap untuk digunakan ketika ujungnya senantiasa runcing. Begitu pula kesabaran dalam diri kita, akan selalu siap menghadapi ujian dan akan selalu siap untuk bergerak kembali memikul tanggung jawab ketika senantiasa diasah. Bisa jadi ketika digunakan, pensil itu akan tumpul atau mungkin patah karena ter­lalu keras. Tapi dia tidak akan cepat patah ketika digunakan perlahan, tidak cepat rusak jika digunakan dengan hati-hati.

Begitu pula dengan kesabaran dalam diri kita. Kata "sabar" tidak berdiri sendiri sehingga mudah diungkapkan. Di dalamnya ada unsur perencanaan seperti arang yang sudah diformat sesuai panjang pensil, ada unsur kehati- hatian agar tidak lekas tumpul atau patah atau bahkan meruncingkan kembali. Karena kalau dalam meruncingkan tergesa-gesa, pada akhirnya bukan pensil yaig tajam yang didapat melainkan ketajaman dan cepat patah kembali. Ibarat manusia, bagi yang tergesa-gesa menuai hasilnya dia tidak akan mendapatkan buah yang optimal dari kesabar an tersebut.

Para pembaca yang budiman, pensil akan menjadi pendek  seiring berjalannya waktu, tapi bukankah dia siap untuk diruncingkan kembali, bahkan di dalam dirinya ada cikal bakal arang yang bila diruncingkan bisa digunakan untuk menulis kembali.

Begitu pula diri kita, adakalanya kesabaran mengendur, kondisi hati dan iman naik turun. Semuanya adalah manusiawi, tinggal seberapa besar kemauan kita untuk menemukan sesuatu yang membuat semuanya kembali siap seperti sediakalanya.

Pensil berhenti digunakan ketika sang penulis memutuskan untuk berhenti menggunakan, sama halnya dengan kesabaran yang pupus setelah hati akan mengatakan lelah untuk bersabar.

Ada baiknya kita meyakini kesabaran tidak pernah ada batasnya. Meyakini batas kesabaran hanya akan memupuskan semangat kita untuk bersabar. Seperti sekat-sekat yang dibuat tapi tidak ada aturan yang menyuruh sekat itu untuk dibuat.


Jangan pernah berhenti untuk bersabar, bukankah pensil masih terus digunakan meskipun banyak media yang lebih canggih untuk menggantikan tugasnya. Selama dia dirawat maka dia selalu siap digunakan, selama kesabaran itu ada dan dirawat maka dia akan selalu siap menemani diri kita untuk menempuh segala tantangan dan ujian kehidupan. *hh*

 

Disadur dari buku Tuhan Tidak Tidur, Penulis: Havabe Dita Hijratullail, Jimmy Wahyudi Bharata; Penerbit: PT Elex Media Komputindo



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB