"Andakah si hati emas? sosok yang paham tentang ketidaksempurnaan dirinya, dan memaafkan
ketidaksempurnaan orang
lain."
Sungguh
tidak mudah ketika harus memaafkan ketidaksempurnaan orang lain. Kebanyakan
lebih mudah menuntut orang lain sesuai dengan apa yang kita inginkan, meski kita sadar
bahwa tuntutan yang berlebihan akan berujung pada kekecewaan.
Seorang
sahabat yang selalu memimpikan sahabatnya yang lain selalu
ada di saat suka dan duka, maka bersiaplah untuk kecewa karena memang tidak ada yang bisa ideal untuk bersama dengan kita di saat suka dan duka. Seorang
teman yang berharap kehadiran teman-temannya untuk
mendengarkan segala keluh kesah maka bersiaplah untuk kecewa karena sejatinya semua orang ingin didengarkan tapi
belum tentu mau hadir untuk mendengarkan orang lain.
Tidak
mudah bukan, banyak pemimpin perusahaan yang kecewa terhadap kinerja anak buahnya dan banyak pula karyawan yang dikecewakan dengan
kebijakan pimpinan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Banyak guru yang berharap muridnya bisa mencerna apa yang dia berikan
tapi di sisi lain banyak murid yang ingin gurunya dapat mengajar
sebagaimana yang mereka inginkan.
Manusia
menuntut kesempurnaan sedangkan kehidupan menjanjikan realita yang tidak pernah
sempurna.
Dulu aku pun demikian, hingga seorang sahabat berbicara kepadaku
dari hati ke hati. Dia menitipkan sebuah pesan bahwa "jika kita tidak bisa
sempurna di hadapan orang lain maka jangan pernah menuntut kesempurnaan orang lain. Berdamailah dengan memahami segala keterbatasan diri
dan maafkanlah keterbatasan orang lain."
Aku pun bertanya kepadanya "lalu kepada siapa harus dititipkan harapan
yang kita inginkan, di saat siapa pun tidak menjamin bisa mewujudkan apa yang
kita harapkan."
Dia tersenyum dan mengacungkan jarinya ke atas.
"Kita
punya Allah, Dialah yang Maha sempurna, dan bagi-Nya tidak ada jalan buntu, dan kesempurnaan-Nyalah yang
akan mengabulkan segala yang terbaik yang kamu harapkan atau yang tidak pernah
engkau perkirakan sekalipun."
Aku pun khusyuk mendengarkan
hingga dia kembali menepuk pundakkmu dan mengatakan.
"Saat
kau sadar akan kesempurnaan-Nya maka berhentilah mengharapkan kesempurnaan
manusia, pahami keterbatasanmu dan maafkanlah ketidaksempurnaan orang lain, jadilah orang yang berhati emas yang menganggap setiap
kekurangan orang lain adalah biasa karena dia pun paham tentang
berjuta-juta kekurangan yang ada pada dirinya. Insya Allah hidup ini akan
tenang dan terhindarkan dari kekecewaan yang menenggelamkan."
Jangan
pernah bergantung kepada manusia bila ada Allah yang menyenangi hamba-Nya
menggantungkan segala urusan kepada-Nya. Allahushomad-Allah tempat kami bergantung.
Andakah orang yang berhati emas
itu? *hh*
Disadur dari buku Tuhan Tidak Tidur,
Penulis: Havabe Dita Hijratullail, Jimmy Wahyudi Bharata; Penerbit: PT Elex
Media Komputindo