Dzun Nurain

Jum'at, 02 Desember 2011 00:00 WIB | 9.734 kali
Dzun Nurain Utsman adalah salah seorang sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah. Sejak kecil, dia telah men­dapat pendidikan yang memadai dari kedua orang tuanya. Sebagai seorang keturunan Bani Umayyah yang disegani di seluruh jazirah Arab, pribadinya menjadi sosok yang dikagumi. Selain cerdas, dia juga dikenal sebagai pemuda yang kaya raya. Meski keluarganya termasuk orang yang ter­pandang, tapi tak menjadikan Utsman sebagai orang sombong. Rendah hati dan jujur adalah sifat yang sangat melekat pada dirinya. Apalagi, ketika cahaya Islam telah terpancar di dalam hidupnya, dia pun semakin tawadhu.

Utsman dikenal sebagai sosok yang gigih dalam ber­usaha. Segala sesuatu yang diusahakannya selalu men­dapat keuntungan. Tangan dinginnya menjadikannya se­bagai seorang saudagar yang kaya raya. Perniagaannya se­makin menyebar di seluruh jazirah Arab. Dia mengirim kafilah-kafilah dagang ke Syam dan Yaman di musim yang berbeda. Setiap kali kafilahnya itu pulang, dia selalu mendapat keuntungan yang berlipat.

Pada suatu hari, tersiarlah kabar kalau Ruqayah, putri Rasulullah, diceraikan oleh Utbah. Utbah adalah putra Abu Lahab. Perceraian itu dilakukan atas desakan kedua orang tua Utbah untuk menghina dan merendahkan keluarga Rasulullah. Setelah perceraian itu terjadi, perkataan-perkataan bernada miring yang dialamatkan untuk keluarga Rasulullah tersebar dengan cepat. Dan, sudah menjadi tradisi Arab bahwa seorang wanita sangat tabu dicerai. Apabila terjadi, maka hal itu menandakan bahwa si wanita bukanlah seorang perempuan yang layak dijadikan istri.

Melihat rasul junjungannya dipermalukan, maka terketuklah hati Utsman. Dia tampil ke depan untuk meringankan beban keluarga Rasulullah Saw. Dengan sepenuh kesucian jiwa, dia menikahi putri Rasulullah. Meski saat itu dia tengah berada di puncak sebagai seorang pemuda yang dipuja-puja oleh semua wanita Quraisy, tapi dia lebih memilih Ruqayah. Hal itu dilakukan demi cintanya kepada Rasulullah.

Bersamaan dengan itu, permusuhan kafir Qu­raisy terhadap kaum muslimin semakin besar, se­hingga datanglah perintah hijrah untuk pertama kalinya. Maka, Utsman dan istrinya, Ruqayah, pergi ke Habasyah untuk menyelamatkan akidah mereka. Meski hidup apa adanya, namun keselamatan mereka terjamin.

Dikisahkan bahwa keadaan keluarga Utsman hidup dengan damai. Pribadinya yang dapat mem­bawa diri membuatnya sangat mudah beradaptasi. Bisnis yang dirancangnya pun bisa berkembang. Dan di tempat itulah, Utsman dan Ruqayah dikaruniai seorang anak yang diberi nama Abdullah.

Akan tetapi, seiring dengan kuatnya Islam, ka­rena beberapa tokoh Quraisy telah bersyahadat, keadaan di Makkah sudah aman terkendali. Maka, seluruh kaum Muhajirin pun kembali ke Makkah,

termasuk keluarga kecil itu. Di Makkah, Utsman dan istrinya tidak tinggal lama. Sebab setelah itu, datanglah perintah hijrah ke Yatsrib (Madinah), sehingga hampir seluruh umat Islam meninggalkan Makkah.

Selama di Madinah, Utsman dan istrinya men­jalani hidup dalam naungan Islam. Selain mengurus perniagaan, waktu Utsman banyak dihabiskan untuk menuntut ilmu. Tak heran, dua karakter ber­satu dalam sosok itu. Ulama yang pedagang, dan pedagang yang berilmu. Tetapi, rupanya ujian berat harus dialami keluarga itu. Ruqayah sakit keras. Keadaan itu diperparah dengan meninggalnya Khadijah, ibu Ruqayah, dan juga anaknya, Abdullah, yang masih sangat kecil.

Ujian yang bertubi-tubi itu dihadapi Utsman dengan penuh tawakkal. Sungguh, Allah tidak akan memberi ujian melebihi kekuatan makhluknya. Karena cintanya pada sang istri, dia pun tak rela jika orang lain yang mengurusnya. Setiap hari, dia menunggui istrinya dengan penuh kasih sayang.

Bersamaan dengan itu, seruan Perang Badar berkumandang. Seluruh kaum muslimin mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Kesibukan yang luar biasa terjadi hampir di setiap sudut kota Madinah. Kuda-kuda terkuat dan aneka perbekalan dipersiapkan.

Hal itu membuat Utsman dilanda kebimbangan. Di lain sisi, dia sebagai muslim merasa terpanggil atas seruan itu. Tetapi, di sisi yang lain, dia tak mungkin meninggalkan istrinya yang tengah terbaring sakit. Melihat keadaan Utsman, maka Rasulullah memberi izin kepada Utsman untuk tetap tinggal di rumah dalam merawat putrinya.

Meski telah mendapat izin dari Rasulullah, tapi hati Utsman benar-benar terbelah. Sebagai seorang muslim, dia sungguh ingin membantu mempertahankan agama Islam. Akhirnya, dia me­mutuskan tetap menjaga istrinya. Bagaimanapun, menjaga istri yang sekaligus putri Rasulullah sama mulianya. Dia merawat istrinya hingga Ruqayah meninggal dunia.

Sepeninggal istrinya, Utsman sangat sedih sekali. Sebab, Ruqayah adalah se­orang istri yang sangat disayanginya. Setiap hari tiada yang dilakukannya selain hanya mengenang sang istri.

Sekarang, lengkap sudah penderitaannya. Anak dan istrinya meninggal dalam waktu yang hampir bersamaan.

Melihat keadaan sahabatnya, Rasulullah pun sangat paham. Maka, beliau pun berinisiatif mencari pengganti Ruqayah. Beliau memanggil Utsman ke kediamannya. Beliau mengatakan bahwa Utsman akan dinikahkan dengan putri Rasulullah yang lain, yaitu Ummu Kultsum. Mendengar berita itu, air muka Utsman seketika menjadi cerah.

Tak lama berselang, pernikahan itu pun dilang­sungkan dengan sangat sederhana. Itulah mengapa Utsman dinamai Dzun Nurain, yang artinya "Yang mempunyai dua cahaya". Sebab, hanya dialah yang menikahi dua putri Rasulullah. Pada akhirnya, kesabaran Utsman selama ini telah berbuah manis.

Disadur dari buku Taubatnya Seorang Pelacur, Penerbit DIVA Press



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB