Kira-kira pukul 00.00 dini
hari sepeda motorku berlari kencang di jalan-jalan utama ibukota, selain faktor
keamanan juga disibukkan dengan deadline
tugas kantor yang harus diemailkan segera. Kulihat kiri
kanan trotoar para pedagang kaki lima bertebaran menemani aktivitas muda-mudi
yang bergumul hingga larut malam.
Tidak ada terlintas pikiran untuk mampir sejenak menikmati secangkir
kopi hangat, aku hanya berzikir, berzikir, dan berzikir berharap keselamatan
hingga sampai ke tempat tujuan. Tiba-tiba ada suara meletus di ban depanku
"Cess" spontan aku pun terucap, "Astagfirullah ya Allah, apa ada
ya tambal ban buka malam-malam begini?" Kulihat kiri kanan tidak ada
tampak tanda-tanda kehidupan hanya lapak-lapak yang berada di sudut-sudut jalan.
Kutuntun sepeda motorku, terkadang muncul keluhan di hati "Ya
Allah jika tahu begini, sedari kemarin tugas kantor ini sudah kukerjakan,
nasib... nasib." Cukup jauh kutuntun sepeda motorku
hingga akhirnya seorang bapak menghampiriku dari belakang,
"Mas, mau tambal ya di depan ada mas, sini saya bantu," kata
bapak itu sambil turun dari sepeda ontelnya dan ikut mendorong sepeda motorku.
Aku pun berdoa, "Ya Allah semoga bapak ini benar-benar ingin
menolong," doaku sambil melengos. Doaku mungkin tidak berlebihan mengingat
banyakya modus perampokan malam hari yang beranekaragam. Tidak jarang pelakunya menghampiri,
membantu, dan kejadian seterusnya bisa disimak di rubrik curanmor koran
ibukota.
"Malam-malam begini pak, belum tidur?" tanyaku pelan agar
:
tidak menyinggung.
"Kerjanya memang sampai malam begini mas, bapak mah punya tambal
ban di ujung jalan itu, bapak juga jual teh botol kalau masnya haus,
hitung-hitung biar pelanggan nyaman," jawabnya sambil terus mendorong
sepedaku. Aku pun ingin terus memastikan, pikirku daripada berprasangka buruk lebih baik bertanya tanpa harus menyinggung.
"Kalau boleh tahu bapak tadi dari mana? Saya sempat kaget lho pak,
tahu-tahu bapak sudah ada di belakang saya, jalanankan sudah sepi begini,"
sambil bergurau kepadanya.
"Mas kira penampakan ya he... he. Bapak biasa begini nak, beberapa jam
sekali, bapak mutar naik sepeda ontel di perempatan depan mutar melewati jalan
ini terus akhirnya sampai di ujung jalan, bapak berpikirnya siapa tahu ada
orang kesusahan atau pas lagi bocor bannya."
Aku pun mendengarkan dengan saksama sambil mengucapkan syukur kepada
Allah ditemukan dengan bapak ini.
"Bapak sadar mas kejahatan udah pada banyak, kebetulan anak bapak
jaga tokonya lalu kita bergantian keliling jika ada yang membutuhkan bantuan
kami bantu," katanya santai.
Aku pun
semakin heran dengan bapak ini, mulia dan langka itulah kesimpulannya. Aku pun
terusik bertanya lebih banyak.
"Kenapa buka malam pak, bukannya biasanya lebih laris di pagi
hari?" tanyaku iseng.
"Bapak nggak pengen biasa-biasa aja nak, buka pagi itu biasa dan banyak
yang melakukannya, sedangkan buka malam hari sampai dini hari kan jarang namun
sangai dibutuhkan oleh para pengendara yang butuh bantuan, bapak ambil bagian itu
saja."
Kami pun sampai ke warung bapak, sembari menikmati kopi hangat aku
kembali bertanya, "Bisa dilanjutkan pak cerita yang tadi...? sepertinya
asyik."
"Kalau pagi hari
kesempatan laris lebih besar, tapi kalau malam hari kesempatan pahala lebih
besar, bapak mah pilih yang kedua aja nak. Kalau bapak berdoa minta dilariskan sama
saja berharap agar ban orang-orang pada gembos atau bocor. Lebih baik bapak
berdoa agar dapat dimudahkan rezeki dengan menolong orang lain lewat usaha bapak.
Akhirnya nggak cuma tambal ban mas, ada yang sekadar tanya jalan terus mampir
dan makan di warung bapak, jadi rezeki jadinya.
Menolong orang lebih bisa mempermudah rezeki kita. Rezeki sudah ada
yang mengatur, Allah kan Maha Adil nak, bapak jalankan pekerjaan ini sudah 5
tahun yang lalu, dari tambal ban dan warung kopi ini Alhamdulillah sudah bisa
menyekolahkan anak bapak yang masih SD, Insya Allah nggak akan kekurangan
kalau niat kita tulus dan yakin tiap menit selalu
ada rezeki dari Allah." Katanya sambil tersenyum kepadaku.
Aku pun mengangguk sambil mengusap rambut anaknya yang sedang tertidur,
rupanya si anak ikut menemani sang bapak bekerja mencari rezeki untuknya.
"Insya
Allah saya doakan pak, agar cita-cita bapak tercapai dan semakin banyak orang
yang dibantu lagi, semoga dagangan bapak laris."
"Amin,
terima kasih ya nak, hati-hati di jalan."
Sambil
berjalan kulihat sosok bapak itu kembali melalui spion, Alhamdulillah memang
rezekinya sang bapak dari keja- uhan kulihat 2 mobil muda-mudi parkir dan ikut
meramaikan warung sang bapak. Subhanallah bapak, tiap menit selalu ada rezeki
dari-Nya. *hh*
Disadur
dari buku Tuhan Tidak Tidur, Penulis: Havabe Dita Hijratullail, Jimmy Wahyudi
Bharata; Penerbit: PT Elex Media Komputindo