Abatasa - Belajar Bersama

Getaran Hati di Rumah Allah I

pada Jum'at, 21 Oktober 2011 00:00 WIB

Jika suatu saat Allah menguji kita dengan berbagai macam permasalahan hidup, maka kembalilah kepada-Nya. Karena Allah tidak akan memberi ujian yang tidak bisa diselesaikan oleh hamba-hamba-Nya. Mintalah kepadanya agar diberi kesabaran, ketabahan, dan kebesaran hati untuk menghadapi ujian yang diberikan-Nya. Mintalah kepada-Nya agar senan­tiasa diberi semangat yang tidak kunjung menyerah sebelum meraih pemecah dari permasalahan tersebut. Mendekatlah kepada-Nya karena insya Allah kita akan menemukan jalan keluar dari kebuntuan yang kita alami.

Mengingat untaian kalimat di atas, saya jadi teringat tentang kisah seorang pemuda. Kami memanggilnya Hasan. Beliau adalah sosok yang sangat sederhana, saleh, berakhlakul karimah dan yang membuat kami kagum ketika bersamanya adalah sifatnya yang tegar dan yakin akan pertolongan Allah meskipun Allah mengujinya dengan berbagai ujian, termasuk kemiskinan.

Suatu saat kami menemukan Hasan sedang berdoa khusyuk kepada Allah. Matanya berlinangan air mata, lisannya terus menerus berucap meski hanya Allah dan dirinyalah yang tahu. Bagi kami menjadi biasa ketika seseorang khusyuk dan berada dalam hidup berkecukupan, tapi menjadi luar biasalah ketika seseorang khusyuk kepada Allah saat dirinya ditimpa berbagai ujian oleh Allah.

Hasan, merupakan salah satu mantan karyawan di kantor kami yang "dirumahkan" karena kesalahpahaman. Beberapa karyawan sudah mencium gelagat buruk dari beberapa ok­num yang menjadikan Hasan sebagai kambing hitam masalah. Hasan dituduh telah mencuri uang THR yang disimpan di laci meja kantor. Alasan ini menjadi rasional ketika dialah satu-satunya orang yang berada di dalam kantor di saat se­mua karyawan sudah pulang ke rumahnya masing-masing.

Berulang kali Hasan mengutarakan bahwa dia tidak mengam­bil uang tersebut sepeser pun. Dia hanya menyampaikan bah­wa laci meja sudah terbuka sejak dia berada di sana dan sudah dilaporkan namun yang menerima laporan seakan-akan tidak memedulikan keadaan tersebut. Kasus ini berakhir dengan "dirumahkannya" hasan dari pekerjaannya.

Saat kami mencoba menanyakan semuanya kepada Hasan, maka dengan rendah hati beliau menjawab, "Hasan bersyukur kepada Allah kang, selama ini Hasan tidak pernah sedikit pun tergerak untuk mengambil uang orang lain, meskipun dua anak di rumah membutuhkan susu dan istri sedang mengandung anak ketiga."

Beberapa dari kami segera merespons cerita Hasan dan menghubungi beberapa rekan untuk mengumpulkan uang sukarela untuk membantunya. Mendengarnya, Hasan menunduk dengan terbata mengucapkan, "Disimpan saja dulu mas, bukan berarti Hasan sombong dan menolak keikhlasan teman-teman, namun izinkan Hasan bermunajat kepada Allah dan berusaha sekuat tenaga Hasan hingga Allah memberikan rezeki yang halal bagi Hasan."

Kami terharu mendengarnya, Hasan bukan hanya yakin me­nyerahkan sepenuhnya kepada Allah tapi juga berusaha un­tuk mencukupi kebutuhannya dari usaha dan hasil keringatnya sendiri. Semenjak saat itu Hasan berkunjung dari satu kantor ke kantor lain. Berbagai macam penolakan sudah men­jadi bagian yang biasa dirasakan oleh pemuda lulusan SMA ini. Namun dia terus menunjukkan kegigihannya.

Hingga suatu saat Hasan menangis di hadapan Rabb-Nya. Istrinya yang mengandung sudah mendekati masa kelahiran. Dia tidak tahu harus ke mana lagi mencari sepeser uang untuk membayar perawatan, kalaupun berutang dia juga tidak tahu bagaimana cara mengembalikannya. Bekerja 24 jam pun tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisinya labil tersungkur di atas sejadah yang terbentang, hingga akhirnya Hasan memutuskan untuk mengaji dan membaca Qur`an dengan tartil yang merdu dan sejuk di hati.

Hasan memilih surah Ar Rahman, seraya menguatkan dirinya untuk bangkit, karena Allah tidak pernah mendustakan janji kepada siapa pun yang yakin atas kebesaran-Nya. Bait per bait, kata per kata dilantunkan dengan tulus menenangkan hatinya, hingga suatu saat datanglah seorang bapak mengambil duduk tepat di sampingnya. (bersambung…)

 

Disadur dari buku Tuhan Tidak Tidur, Penulis: Havabe Dita Hijratullail, Jimmy Wahyudi Bharata; Penerbit: PT Elex Media Komputindo


#