Jika
suatu saat Allah menguji kita dengan berbagai macam permasalahan hidup, maka
kembalilah kepada-Nya. Karena Allah tidak akan memberi ujian yang tidak bisa
diselesaikan oleh hamba-hamba-Nya. Mintalah kepadanya agar diberi kesabaran,
ketabahan, dan kebesaran hati untuk menghadapi ujian yang diberikan-Nya.
Mintalah kepada-Nya agar senantiasa diberi semangat yang tidak kunjung
menyerah sebelum meraih pemecah dari permasalahan tersebut. Mendekatlah
kepada-Nya karena insya Allah kita akan menemukan jalan keluar dari kebuntuan
yang kita alami.
Mengingat untaian kalimat di atas, saya jadi teringat tentang
kisah seorang pemuda. Kami memanggilnya Hasan. Beliau adalah sosok yang sangat
sederhana, saleh, berakhlakul karimah dan yang membuat kami kagum ketika
bersamanya adalah sifatnya yang tegar dan yakin akan pertolongan Allah meskipun
Allah mengujinya dengan berbagai ujian, termasuk kemiskinan.
Suatu saat kami menemukan Hasan sedang berdoa khusyuk kepada
Allah. Matanya berlinangan air mata, lisannya terus menerus berucap meski
hanya Allah dan dirinyalah yang tahu. Bagi kami menjadi biasa ketika
seseorang khusyuk dan berada dalam hidup berkecukupan, tapi menjadi luar
biasalah ketika seseorang khusyuk kepada Allah saat dirinya ditimpa berbagai
ujian oleh Allah.
Hasan, merupakan salah satu mantan karyawan di kantor kami yang
"dirumahkan" karena kesalahpahaman. Beberapa karyawan sudah mencium
gelagat buruk dari beberapa oknum yang menjadikan Hasan sebagai kambing hitam
masalah. Hasan dituduh telah mencuri uang THR yang disimpan di laci meja
kantor. Alasan ini menjadi rasional ketika dialah satu-satunya orang yang
berada di dalam kantor di saat semua karyawan sudah pulang ke rumahnya
masing-masing.
Berulang kali Hasan mengutarakan bahwa dia tidak mengambil uang tersebut
sepeser pun. Dia hanya menyampaikan bahwa laci meja sudah terbuka sejak dia
berada di sana dan sudah dilaporkan namun yang menerima laporan seakan-akan
tidak memedulikan keadaan tersebut. Kasus ini berakhir dengan "dirumahkannya"
hasan dari pekerjaannya.
Saat kami mencoba menanyakan semuanya kepada Hasan, maka dengan
rendah hati beliau menjawab, "Hasan bersyukur kepada Allah kang, selama
ini Hasan tidak pernah sedikit pun tergerak untuk mengambil uang orang lain, meskipun dua anak di rumah membutuhkan susu dan istri sedang
mengandung anak ketiga."
Beberapa dari kami segera merespons cerita Hasan dan menghubungi
beberapa rekan untuk mengumpulkan uang sukarela untuk membantunya.
Mendengarnya, Hasan menunduk dengan terbata mengucapkan, "Disimpan saja
dulu mas, bukan berarti Hasan sombong dan menolak keikhlasan teman-teman, namun
izinkan Hasan bermunajat kepada Allah dan berusaha sekuat tenaga Hasan hingga
Allah memberikan rezeki yang halal bagi Hasan."
Kami
terharu mendengarnya, Hasan bukan hanya yakin menyerahkan sepenuhnya kepada
Allah tapi juga
berusaha untuk mencukupi kebutuhannya
dari usaha dan hasil keringatnya sendiri. Semenjak
saat itu Hasan berkunjung dari satu kantor ke kantor lain. Berbagai macam penolakan sudah menjadi bagian yang biasa
dirasakan oleh pemuda lulusan SMA ini. Namun dia terus menunjukkan
kegigihannya.
Hingga suatu saat Hasan menangis di hadapan Rabb-Nya. Istrinya yang mengandung sudah mendekati masa
kelahiran.
Dia tidak tahu harus ke mana lagi mencari sepeser uang untuk membayar
perawatan, kalaupun berutang dia juga tidak tahu
bagaimana cara mengembalikannya. Bekerja 24 jam pun tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kondisinya labil tersungkur di atas
sejadah yang terbentang, hingga akhirnya Hasan memutuskan untuk mengaji dan membaca Qur`an dengan tartil yang merdu dan sejuk di hati.
Hasan memilih surah Ar Rahman, seraya menguatkan dirinya untuk
bangkit, karena Allah tidak pernah mendustakan janji kepada siapa pun yang
yakin atas kebesaran-Nya. Bait
per bait, kata per
kata dilantunkan dengan
tulus menenangkan hatinya, hingga suatu saat
datanglah seorang bapak mengambil duduk tepat di sampingnya. (bersambung…)
Disadur
dari buku Tuhan Tidak Tidur, Penulis: Havabe Dita Hijratullail, Jimmy Wahyudi
Bharata; Penerbit: PT Elex Media Komputindo