"Di saat aku ingin
belajar tentang arti pengorbanan dan aku tidak menemukan figur terbaik selain
dirimu".
Sampai saat ini pun
aku tidak menemukan kalimat utama yang pas untuk mengungkapkan bagaimana aku
menyayangimu. Yang kutemukan adalah hingga saat ini aku belum bisa menjadi
sebagaimana dirimu, duhai ayah sosok yang selama ini berjuang habis-habisan
demi menyambung napas hidup mama dan anak-anaknya.
Ayah,
jika mama memiliki sejarah yang berarti tentang kasih sayang dan pengorbanannya
maka ayahlah yang mengajarkan kepada kami bagaimana sikap tegar
dan bijaksana tersemat dalam perjuangan kehidupan.
Begitu banyak figur-figur seperti ayah yang menghabiskan siang malamnya tanpa
lelah, terus tersenyum mengais rezeki demi makan & susu anak-anaknya, menerobos hujan demi hari yang lebih baik, bersabar
dengan panasnya kehidupan yang kejam, memilih tegar untuk menunjukkan bahwa
Tuhan menghadirkan ujian bukan untuk melemahkan dan
memilih bijak saat anak-anakmu menginginkan sepiring nasimu untuk mereka.
Aku tidak pernah tahu
bagaimana cara mengungkapkan bahwa aku menyayangimu karena engkau
mengajarkan kasih sayang yang tidak pernah dapat
diungkapkan dengan apa pun di dunia ini. Tapi percayalah ayah, ayahlah
inspirasiku untuk melewati ganasnya tantangan dan ujian. Ayah inspirasiku untuk
senantiasa bersabar dan meniti usaha pelan-pelan. Aku tidak akan pernah menyerah karena aku tahu doamu selalu
ada mengiringi hari-hari anak-anakmu. Sebagaimana
doamu yang senantiasa mengiringi masa kecil hingga besarku meski ayah tidak
banyak memeluk dan menimang sebagaimana mama.
Ayah,
sempatkah Allah mempertemukan kita kembali? aku ingin duduk bersamamu,
menikmati segelas teh dan secangkir kopi hangat sekadar bercengkerama
bersama melepas rindu yang senantiasa terpendam. Aku
ingin memandang wajah bijakmu dan menemani hari-hari tuamu, aku ingin berbakti
dan ada di saat masa lemahmu, aku ingin hadir mendengarkan segala cerita dan
tawamu, aku ingin bercerita banyak hal tentang dirimu meskipun kutahu ayah pasti
tidak nyaman dengan semua itu.
Subhanallah Ayahlah inspirasiku, mungkin tidak banyak
yang bisa ditulis untuk menyentuh hati dan merasakan bagaimana seorang anak
mengungkapkan isi hati kepada sang ayah, tapi aku punya Allah yang mendengar
dan mengabulkan doaku untuk ayah.
Ayah...
sabar ya Insya Allah, kuasa-Nya akan mempertemukan kita kembali dan aku ingin
memeluk dan mendekapmu dengan hangat, dengan menyematkan satu rasa. Aku benar- benar menyayangimu. *hh*.
Disadur
dari buku Tuhan Tidak Tidur, Penulis: Havabe Dita Hijratullail, Jimmy Wahyudi
Bharata; Penerbit: PT Elex Media Komputindo