Bangkit dari Bangkrut

Rabu, 07 Mei 2014 14:28 WIB | 5.272 kali
Bangkit dari Bangkrut Pengalaman sedekah yang dialami oleh Ibu Yayah dan suaminya saat berhaji benar-benar memberikan makna tersendiri bagi si pelakunya, cobaan yang dialaminya juga tidak mudah dilalui. Sangat manusiawi jika ada rasa kesal karena kebetulan si penerima sedekah justru pamer dengan apa yang telah diberikan oleh Ibu Yayah. Berikut sekelumit cerita yang dialami Ibu Yayah dengan perjuangan sebelum berangkat berhaji dan sewaktu beliau dan suaminya di tanah suci.

"Bapak mau pergi haji ya?" Tanya Bu Yayah pada suaminya yang baru pulang dari biro haji milik salah seorang saudaranya.

"Iya, diajak Hari, jadi pembimbing haji." Jawab suaminya. Bibir Bu Yayah maju beberapa senti. Bisa-bisanya saudaranya itu tidak mengajaknya pula, la kan juga ingin naik haji lagi.

"Ibu bisa nggak, ikutan juga, Pak?" Suaminya menoleh.

"Hmm..." ia menggaruk-garuk kepalanya, "bisa aja sih, asai Ibu bisa mencari 10 orang yang mau naik haji di bironya Hari. Nanti Ibu bisa berangkat juga dengan gratis."

Bu Yayah mengangguk mengerti. "Wah... Tantangan nih, pikirnya." Tanpa menunda lama, segera saja ia mulai menelpon kenalannya yang dianggap potensial.

"Bu Harun? Katanya mau haji, ayo lewat biro saudara saya," bujuk Bu Yayah pada seorang kawannya.

Begitu pula dengan beberapa teman lainnya. Mungkin sudah rezekinya, dalam waktu singkat Bu Yayah mampu mengumpulkan sepuluh ibu-ibu untuk pergi haji. Sebagai imbalannya, Bu Yayah bisa berangkat haji bareng suaminya pada tahun 2002 itu.

"Alhamdulillah akhirnya Ibu bisa pergi haji lagi bareng Bapak, ya..." Syukurnya. Suaminya mengangguk, tersenyum.

"Emang udah rezeki Ibu, asal usaha dan doa, Alloh pasti memberikan jalan keluar." Cetus beliau.

Sesuai peraturan pemerintah, dari setiap uang yang disetorkan sebagai biaya haji, maka para peserta diberikan jatah uang saku sebesar 1500 real, termasuk Bu Yayah dan suaminya. Jadi, mereka mengantongi saku sekitar 3000 real. Sebelum berangkat haji, mereka sudah sepakat hanya uang saku suaminya yang akan dipakai belanja, sedangkan jatah Bu Yayah untuk disimpan.

Mulailah mereka berangkat ke tanah suci. Beribadah sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW, menahan hawa nafsu, menahan teriknya panas di waktu siang dan dinginnya suhu di saat malam. Alhamdulillah mereka bisa juga meredam nafsu belanja, hingga uang 1500 real yang dijadikan jatah saku berdua tidak cepat habis.

Suatu ketika di saat sedang menjalankan ritual salah satu ibadah, seorang ibu dengan logat Sunda yang kental mendekati Bu Yayah. "Bu, punten... saya butuh uang..." Katanya. Bu Yayah mengerutkan dahinya. Ibu itu terus memandang dan mengikuti langkahnya. Karena tak ingin ibadahnya terusik, Bu Yayah lalu memberinya uang sebesar 100 real.

"Kurang, Bu..." Katanya kemudian. Hati kecil Bu Yayah berdecak kesal. Sudah dikasih kok malah nawar ini orang? Namun sejurus kemudian ia beristighfar dan tanpa pikir panjang ia menambahkan 50 real pada ibu itu. Barulah wanita itu pergi sambil mengucapkan terima kasih. (bersambung...)

(Ibu Yayah dan Suaminya)


Sumber: Buku 33 Kisah Keberkahan Para pengamal Sedekah, Penulis: Aqilah Selma Amalia




Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB