Sebut saja
Pak Yusuf, seorang guru agama yang sangat ingin pergi berhaji, tetapi dia sangat
miskin dan kekurangan. Suatu kclika dia pergi ke suatu pengajian. Pada akhir dari
pengajian tersebut sang Kyai yang memimpin pengajian mengatakan bahwa
Majelis mereka lagi membutuhkan dana. Maka sang Kyai bertanya "Siapa yang
bersedia membantu majelis ini?"
Serentak
peserta majelis menyerahkan harta mereka. Ada yang mensedekahkan uangnya, ada
yang langsung melepas card hp-nya dan mensedekahkan hp-nya. Semua berlomba-
lomba sedekah, kecuali guru agama tersebut. Hal ini karena dia tidak memiliki
apa-apa yang akan disedekahkan. Pikirnya "Ya Alloh aku tidak punya apa-apa
untuk disedekahkan, semoga niatku datang kesini Engkau catat sebagai amal
ibadah."
Ketika dia
mau pulang dan menaiki motor bututnya sontak dia teringat "Ya Alloh, salah
kalau aku tidak bisa bersedekah.. aku masih memiliki harta ini untuk
disedekahkan"
Maka
pulanglah dia ke rumah untuk berkonsultasi dengan istrinya. Apa kata istrinya?
"Motor itu milik ayah, kalau mau menjualnya silahkan, ibu cuma bisa
berdo’a semoga barokah." Akhirnya motor itu dijual dan laku Rp 6 juta.
Setelah itu dia ke rumah sang Kyai untuk mensedekahkan Rp 2jt kepadanya.
"Kyai
ini sedekah saya, mudah-mudahan saya bisa naik haji," kata Pak Yusuf, si
guru agama. Kyai paham kalau guru agama ini miskin lalu dia bilang
"Sudahlah kamu lebih membutuhkan uang itu, pakai sendiri saja uang
ini." Jawab sang Kyai.
"lidak
Pak Kyai saya sudah niat untuk mensedekahkan harta saya ini." jawab Pak
Yusuf. Sang Kyai terus menolak tetapi Pak Yusuf tersebut terus memaksa hingga
akhirnya diterima uang tersebut oleh sang Kyai dan pulanglah Pak Yusuf ke ru-
mah. Namun baru sampai di halaman rumah Pak Kyai Pak Yusuf teringat dengan
Firman Alloh yang menyatakan,
"Tidak akan mencapai kebaikan
yang sempurna seorang mukmin sebelum mensedekahkan harta yang paling
dicintainya."
Karena dia
paham agama maka kembalilah dia menghadap sang Kyai tersebut dan berkata
"Kyai ini masih ada Rp 4jt, saya sedekahkan semuanya untuk Kyai."
Menangis Kyai tersebut mendengar perkataan guru agama yang miskin itu dan
meneri- ma uang tersebut sambil berkata sang Kyai : ’Ya Alloh di hada- panmu
ini telah datang hambamu yang soleh... Maka berkati- lah dia, semoga Alloh
menepati janjinya, siapa yang memberi satu akan dibalas sepuluh kali
lipat."
Berminggu-minggu
Pak Yusuf menjalani aktivitasnya yang berat tanpa sepeda motor kesayangannya,
dia harus berjalan di bawah terik matahari, bergantungan di bis-bis kota yang
pengap, dan berkeringat karena berdesakan dan panas. Na- manya manusia iman
pasti sedikit goyah. Sempat hati kecil- nya berbisik "Yah, seandainya
motor itu tidak aku sedekahkan pasti gak kayak gini, akukan miskin."
Tetapi anggapan itu selalu ditepisnya "Akh, biar Alloh yang
menggantinya."
Tiga minggu
kemudian, Pak Yusuf sakit kepala, sehingga tidak bisa mengajar. Setelah ijin
tidak mengajar, sakit kepalanya sembuh. Ketika sembuh, ia ingin keluar untuk
ngobrol dengan seseorang. Keluarlah ia dari rumah menuju ke depan gang, la bertemu dengan pemilik warung
dan berharap menjadi teman ngobrol. Alih-alih bicara dengan temannya
pemilik warung, ia malah dimintai tolong untuk jaga warung.
Pada saat menjaga
warung tersebut, ada seorang pengendara mobil berhenti, turun, lalu
bertanya. "Pak, tanah yang di ilepan warung ini milik siapa, Bapak
tahu?" Si guru agama pun memberi tahu Pak haji pemilik tanah itu dan
alamat rumah nya. Orang itu berterima kasih.
Beberapa
hari setelah itu, si pengendara mobil datang lagi. Ia melihat yang jaga warung
bukan yang kemarin. Lalu, ia bertanya penjaga warung yang kemarin. Rupanya si
pemilik warung sudah lupa karena silih berganti yang menjaga. Namun, ia ingat
dan menunjukkan rumah si guru yang pemah menjaga warungnya. Ketika sampai di
rumah guru, si pengendara mobil tanpa basa-basi mengucapkan terima kasih dan
mengatakan. "Terima kasih tanah itu sudah saya beli dan sesuai dengan har
ga saya. Saya sudah janji kepada Alloh, kalau tanah itu terbeli dengan harga
saya, maka orang yang saya tanya akan saya jadikan perantaranya.
"Ini
ada beberapa, semoga bermanfaat untuk bapak." Diterima amplop tersebut
oleh guru agama, dan setelah dibuka isinya berupa cek. Subhanallah, tersungkur
dan menangis dia melihat nominal yang tertera dicek tersebut Rp 67 Jt.
Sedekahnya oleh Alloh dilipat gandakan dari 6 jt menjadi 60 jt dan motornya
dikembalikan oleh Alloh dengan kelebihan 7 jt tersebut.
Dia bisa
berangkat haji bukan hanya seorang diri tetapi juga dengan istri dan ibunya.
Pada saat itu (tahun 1990-an) haji hanya sekitar Rp 17 jt-an. Maka benarlah
semua firman Alloh itu. Semoga cerita ini bisa menjadi pelajaran buat kita
bahwa sedekah di jalan Alloh, Insya Alloh selalu mendapatkan kebaikan dari-Nya.
(Pak Yusuf [bukan nama
sebenarnya] - Guru Agama)
Sumber:
33 Kisah Keberkahan Para Pengamal Sedekah - Aqilah Selma Amalia