Abatasa - Belajar Bersama

Mengetuk Pintu Surga dengan Ibadah Utama

Oleh abatasa pada Selasa, 17 September 2013 07:03 WIB

Perjalanan menuju surga tidaklah semudah yang kita duga, la bukanlah perjalanan yang ditaburi dengan bunga- bunga harum, bukan pula dengan kesenangan. Perjalanan tersebut haruslah ditempuh dengan tekad dan kesungguhan. Dalam buku Madarij Al-Salikin dikemukakan pengalaman ruhani seorang sufi besar (Abu Yazid Al-Busthami) yang konon suatu ketika bermunajat kepada Allah Swt.,``Ya Allah, bagaimana caranya berjalan menuju hadirat-Mu?``Ketika itu jiwanya mendengar suatu bisikan,``Ketahuilah bahwa nafsu adalah gunung yang tinggi dan besar. Ialah yang merintangi perjalanan menuju Allah dan tidakada jalan lain yang dapat ditelusuri, kecuali mendaki gunung itu terlebih dahulu.

Digunung itu terdapat beberapa lereng yang curam, belukar yang lebat, banyak duri, dan banyak pula perampok lalu- lalang menakut-nakuti, mengganggu, dan menghambat para musafir. Di balik belukar, ada pula iblis yang selalu merayu atau menakut-nakuti agar si musafir kembali saja. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat pula rayuan dan ancaman. Sehingga, jika tekad tidak dibulatkan, niscaya si pejalan mundur teratur. Tetapi, jika perjalanan tetap dilanjutkan, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang. Pada saat itu, akan tampak bahwa ternyata sepanjang jalan ada rambu-rambu yang memberi petunjuk tentang tempat-tempat aman yang jauh dari ancaman dan bahaya. Ada pula tempat berteduh dan telaga-telaga air yang jernih untuk beristirahat dan melepaskan dahaga. Jika perjalanan dilanjutkan, akan ditemukan `kendaraan Al-Rahman` yang akan mengantar sang musafir bertemu dengan Allah Swt. guna menerima imbalan yang telah disiapkan-Nya.``

Demikianlah bisikan tadi menggambarkan jalan tersebut dan mengajarkan bahwa yang pertama dan terutama dibutuhkan untuk menelusurinya adalah tekad yang kuat. Misalnya, tidak memperturutkan nafsu yang selalu mengajak pada kesesatan. Hal tersebut sejalan dengan hadis Rasulullah Saw., ``Surga dikelilingi dengan segalayang tidak disenangi hawa nafsu, dan neraka dikelilingi oleh segala yang disukai hawa nafsu`` (HR Muslim dari Anas ibn Malik r.a.).

Memang, harus diakui bahwa surga dan neraka adalah hak prerogatif Allah. Tidak ada satu pun yang berwenang terhadap masalah tersebut, kecuali Dia. Manusia yang ingin masuk surga, pada hakikatnya harus terlebih dahulu meraih kecintaan dan rahmat Allah Swt. Ini pula yang tergambar dari makna al-shajihat dan ganitat tadi, yakni ketaatan permanen sebagai upaya meraih kecintaan dari Allah.

Nabi Saw. bersabda, ``Tidakada seorang pun di antara kalian yang amalnya akan dapat menyelamatkannya.`` Seorang laki-laki bertanya, ``Amal engkau juga begitu, ya Rasulullah?`` Beliau menjawab, ``Ya, aku juga. Tetapi, Allah melindungiku dengan rahmat-Nya. Karena itu, tambah giatlah engkau meluruskan amalmu`` (HR Muslim dari Abu Hurairah r.a.).

Perhatikan, Rasulullah Saw. menganjurkan umatnya agar tambah giat beramal, sebagai upaya meraih kecintaan dan rahmat Allah. Makna lain dari hadis tersebut ialah seseorang yang beramal hendaknya mengikhlaskan amalnya karena Allah. Bukan karena menginginkan surga, bukan pula karena takut kepada neraka. Semata-mata sebagai bentuk kecintaan kita kepada Allah! Rabi`ah Al-Adawiyah, seorang sufi wanita, pernah berucap, ``Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut kepada neraka, bukan pula karena mendambakan masuk surga. Tetapi, aku mengabdi karena cintaku kepada-Nya.Tuhanku, jika kupuja Engkau karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya; dan jika kupuja Engkau karena mengharap surga, jauhkanlah aku darinya. Tetapi, jika kupuja Engkau semata-mata karena cintaku kepada-Mu, janganlah Engkau sembunyikan keindahan-Mu yang kekal itu dari diriku.``

Jika seseorang beramal karena menginginkan kecintaan dan rahmat Allah Swt., Allah tidak akan menyia-nyia- kan niat baik tersebut. Berikut adalah beberapa amalan yang dapat mendatangkan kecintaan dan rahmat Allah Swt.

 

 

#