Kehidupan Seorang Ayah

abatasa | Rabu, 27 Maret 2013 00:00 WIB | 7.330 kali
Kehidupan Seorang Ayah
Suatu ketika, ada seorang anak perempuan bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk, disertai suara batuk-batuk. Anak perempuan itu bertanya: "Ayah, mengapa wajahmu kian berkerut-merut dengan badan yang kian hari kian terbungkuk?" Ayahnya menjawab : "Sebab aku laki-laki." Anak perempuan itu bergumam : "Aku tidak mengerti." Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak perempuan itu, terus menepuk - nepuk bahunya sambil mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang laki-laki."

Karena penasaran, anak perempuan itu kemudian menghampiri Ibunya seraya bertanya: "Ibu, mengapa wajah ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk ? Dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?" Ibunya menjawab : "Anakku, seorang laki-laki yang bertanggung-jawab terhadap keluarga memang akan demikian." Hanya itu jawaban sang Ibu.

Anak perempuan itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa. Tetapi dia tetap saja penasaran, mengapa wajah ayahnya yang tadinya tampan dan gagah menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi terbungkuk-bungkuk ? Hingga pada suatu malam, anak perempuan itu bermimpi. Di dalam impian itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa kepenasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan laki-laki, Aku membuatnya sebagai pemimpin dan tiang penyangga dari bangunan keluarga, yang akan menahan setiap ujungnya agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindungi. Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang menghidupi keluarganya. Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringat yang halal dan bersih sehingga keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya. Demi keluarganya, dia merelakan kulitnya tersengat panas matahari dan badannya basah kuyup kedinginan tersiram hujan. Yang selalu dia ingat adalah semua orang menanti kedatangannya dan mengharapkan hasil dari jerih-payahnya."

"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan kerapkali menerpanya. Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya didalam kondisi apapun juga, walaupun tidak jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. Ku-berikan kerutan di wajahnya agar menjadi bukti, bahwa dia senantiasa berusaha tenaga dan pikiran untuk mencari cara sehingga keluarganya bisa hidup dalam keluarga yang sakinah. Ku-jadikan badannya terbungkuk-bungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, dia senantiasa berusaha mencurahkan seluruh tenaganya demi kelangsungan hidup keluarga. Ku-berikan kepada laki-laki tanggung-jawab penuh sebagai pemimpin agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung-jawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."

Terbangun anak perempuan itu, dan segera dia berlari, bersuci, berwudhu dan melakukan shalat malam hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdzikir. Ketika ayahnya berdiri, anak perempuan itu merengkuh dan mencium telapak tangan ayahnya.
"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, ayah."

***

Saudaraku, do’akanlah dia dan berbaktilah kepadanya selagi masih hidup karena Allah memerintahkan kita demikian dan dia memang menjadi jalan kelangsungan hidup kita hingga sekarang.


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB