Sebagaimana perempuan pada umumnya, Masrifah sangat mendambakan lahirnya seorang buah hati. Namun rupanya, Allah belum memberikan rezeki berupa anak kepada dirinya dan juga suaminya. Hanya kalimat sabar yang senantiasa didengungkan olehnya selama menunggu hadirnya janin di rahim pernikahannya.
Menjelang sepuluh tahun usia pernikahannya, pasangan suami isteri yang berprofesi sebagai penjahit itu belum juga dikaruniai anak. Sebagai perempuan hal itu tentu membuat hatinya begitu berat dan tersiksa. Ia merasa malu karena tidak bisa memberikan keturunan, iri kepada perempuan-perempuan lain, sekaligus takut kalau-kalau sampai tua dia tidak dikaruniai anak sama sekali oleh-Nya.
Pada suatu hari, perempuan berusia 35 tahun ini melihat adiknya Novi yang sedang asyik mengurus dua anaknya sambil bercanda penuh keriangan. Perasaan iri dan sedih tiba-tiba menyeruak begitu saja di dalam hatinya sehingga membuatnya menitikkan air mata, "Ibu yang sabar, mungkin Allah sedang menguji kita," hibur suaminya.
"Apa Bapak yakin suatu saat Allah pasti akan mengabulkan keinginan kita?" jawab isterinya lirih menahan kesedihan.
Musyrifah dan suaminya tak pernah mengenal bosan untuk berdoa dan berikhtiar kepada Allah; ia mendatangi semua dokter kandungan yang dikenal ahli dalam menangani kasus ketidaksuburan (infer- tility) dimanapun itu lokasinya mereka berpraktik. Hal itu karena keinginan yang begitu besar di dalam hatinya untuk mendapatkan buah hati yang selama ini didambakan.
Bukan hanya melalui medis, segala jenis pengobatan alternatif pun sudah mereka coba lakukan mulai dari herbal, akupuntur, pijat, totok batu, dan lain sebagainya namun hasilnya belum juga mereka rasakan. Suasana pasangan suami isteri itu begitu sepi dan senyap sehingga begitu rindunya mereka dengan kehadiran suara ketawa dan tangis bayi.
Putus asa terkadang datang menyelinap di hati Musyrifah dan suaminya dalam perjalanan menunggu momongan tersebut, sampai pada suatu hari mereka melihat tayangan Televisi mengenai Keajaiban Bersedekah dan Menyantuni Anak Yatim. Dalam pikiran mereka, sesudah melihat tayangan itu, mereka bertekad untuk mencoba. Maka sesudah pembicaraan panjang, mereka pun berniat untuk menyisihkan sebagian dari penghasilan mereka untuk mereka sedekahkan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim. Begitulah dua pasangan itu secara konsisten menjalankan amalan tersebut sambil tak henti-hentinya berdoa kepada Allah agar mereka dikaruniai anak.
Selang beberapa minggu, Musrifah mendapati dirinya tak lagi haid. Dia terlambat datang bulan. Perutnya sering mual-mual dan kadang ingin muntah- muntah. Tentu saja hal ini membuat suaminya senang.
Tanda kehamilan mulai nampak pada isterinya. Untuk memastikannya, Musrifah dibawa suaminya ke dokter. Dalam pemeriksaan laboratorium, Musrifah dinyatakan positif hamil. Kedua pasangan suami- isteri itu pun berangkulan dalam kebahagiaan, mereka menangis dalam keharuan suasana, "Bu akhirnya Allah mengabulkan keinginan dan harapan kita selama ini," ucap suaminya pelan.
Dikutip dari : Pengalaman Ajaib Penyantun Anak Yatim
Penulis : Mujahid Nur
Penerbit : Zaytuna