Hadiah Untuk Rasulullah

adminaba | Kamis, 10 Januari 2013 08:36 WIB | 9.129 kali
Hadiah Untuk Rasulullah Raja Habib bin Malik yang merupakan salah seorang raja dari negeri Syam, merasa sangat bersyukur telah bertemu dengan Rasulullah Saw. Sebab, dari pertemuannya dengan Rasulullah Saw. saat itu, Allah Swt. telah berkenan membuka pintu keimanan di dalam hatinya, sehingga ia pun akhirnya bisa menjadi seorang Muslim. Sebagai tanda kesyukuran dan kegembiraannya atas keislamannya itu, Habib ingin sekali memberi hadiah kepada Rasulullah Saw.

Habib kemudian memerintahkan kepada para pengawalnya untuk mempersiapkan pengiriman hadiah untuk Rasulullah Saw. Segala bentuk emas, perak dan kain dipersiapkan. Semuanya ada di punggung lima unta. Di samping itu, ia juga mengirim hadiah berupa beberapa budak. Budak-budak itulah yang menggiring kelima unta tersebut.

Berita pengiriman hadiah untuk Rasulullah Saw. itu pun sampai ke telinga Abu jahal. Ia segera membawa beberapa orang suruhannya untuk menghadang hadiah tersebut. Tatkala para budak berserta harta benda untuk Rasulullah Saw. tersebut akan memasuki kota Makkah, Abu Jahal dan orang-orangnya langsung menghadang. "Milik siapa kalian ini?" tanya Abu Jahal kepada para budak tersebut.

"Kami adalah milik Raja Habib bin Malik dan bermaksud datang ke Makkah untuk menemui Rasulullah Saw.," jawab para budak itu.

Abu Jahal kemudian mencoba untuk merampas harta benda yang dibawa oleh para budak itu. Akan tetapi, mereka berani melawan. Sehingga, perkelahian pun tak bisa dielakkan di antara pihak Abu jahal dan para budak itu.

Kabar tentang perkelahian itu terdengar oleh para penduduk Makkah. Maka, orang-orang berdatangan ke lokasi kejadian. Termasuk di antara mereka adalah Rasulullah Saw. dan beberapa orang paman beliau. Melihat orang-orang mulai ramai berdatang¬an, Abu Jahal mulai memasang taktiknya. Ia berseru kepada orang-orang yang datang itu bahwa Raja Habib telah mengirimkan hadiah untuk dirinya.

Namun, para budak itu segera membantahnya. Mereka mengatakan bahwa mereka diutus untuk dihadiahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw. Oleh karena tak ada yang dapat dijadikan saksi dalam persoalan tersebut, Rasulullah Saw. tampil ke tengah orang-orang dan berkata: "Hai penduduk Makkah, apakah kalian rela jika aku memberikan usulan?" Orang-orang yang hadir secara serempak menjawab: "ya."

Rasulullah Saw. pun kemudian mengatakan bahwa keputusan diambil berdasarkan pada apa yang dikatakan oleh unta yang membawa hadiah tersebut. Apa pun yang dikatakan oleh unta tersebut, berarti itulah hal yang sebenarnya.

Usulan Rasulullah Saw. tersebut telah diterima oleh semua orang yang hadir. Akan tetapi, Abu Jahal merasa belum siap untuk membuat unta bicara. Maka, Abu Jahal meminta agar acara untuk meminta pendapat kepada unta itu ditunda sampai besok pagi. Rasulullah Saw. setuju saja dengan usulan Abu Jahal. Mereka pun bubar semuanya.

Sedangkan para budak dan kelima unta milik Habib tersebut, bermalam di tempat tersebut. Adapun Abu Jahal, usai pertemuan itu, langsung bergegas mempersiapkan beberapa hewan kurban dan sesaji lainnya untuk dipersembahkan kepada patung sembahannya.

Menyuruh Unta Bicara
Sepanjang malam, Abu Jahal memohon kepada patung sembahannya agar dapat membuat unta-unta itu berbicara dan memihak kepada dirinya. Ia rela tidak tidur dan berdoa sepanjang malam serta merendah diri di hadapan patung sembahannya dengan tujuan agar permohonannya dapat terkabul.

Keesokan harinya, para penduduk Makkah berbondong- bondong datang ke tempat para budak dan unta milik Raja Habib bin Malik berada. Rasulullah Saw. pun telah hadir beserta beberapa orang pamannya. Tak berapa lama kemudian, Abu Jahal juga datang ke tempat tersebut. Ia langsung mengambil kesempatan pertama untuk membuat unta-unta itu mau bicara memberikan kesaksian.

Abu Jahal berjalan mengitari unta seraya berujar, "Demi Lattaa, ‘Uzza dan Mannat, bicaralah wahai para unta."
Namun, kelima unta itu bergeming. Mereka hanya memandang Abu Jahal yang berjalan mengitari semua unta. Abu Jahal mengulang tawafnya. Ia mengelilingi unta tersebut seraya mengucapkan kata yang sama. Tetapi, tak ada satu pun unta yang mau mengeluarkan suaranya. Abu Jahal menjadi panik. Tanpa sadar, ia telah mengelilingi unta itu berpuluh-puluh kali.

Setelah berjam-jam lamanya Abu Jahal mengelilingi unta dengan menyuruh mereka bicara dan tanpa hasil sama sekali, orang-orang yang hadir pun mulai merasa jenuh. Mereka berteriak- teriak menyuruh Abu Jahal agar mundur saja dari arena karena tak mampu membuat unta-unta itu bicara barang sepatah kata pun.
"Berhentilah engkau, Abu Jahal. Biarkan giliran Muhammad yang menghadapi unta-unta itu, teriak mereka.

Mau tak mau, Abu Jahal pun harus menghentikan upayanya yang sia-sia itu. Ia menepi dari kelima unta tersebut dengan wajah tertunduk malu. Tibalah giliran Rasulullah Saw. untuk menyuruh para unta itu memberikan kesaksian mereka.

Begitu Rasulullah Saw. tiba di hadapan kelima unta yang membawa harta benda sebagai hadiah dari Raja Habib bin Malik tersebut, beliau memandang ke arah unta-unta itu seraya berseru:
"Hai unta, makhluk Allah, berbicaralah engkau dengan kekuasaan Allah."

Tiba-tiba salah seekor dari kelima unta itu melangkah maju ke hadapan Rasulullah Saw. dan berbicara dengan suara yang lantang.
"Wahai penduduk Makkah, kami semua ini adalah hadiah dari Raja Habib bin Malik untuk Rasulullah Muhammad Saw.," ujar unta tersebut mewakili unta-unta yang lainnya.

Serentak orang-orang yang hadir menjadi terkesima melihat kejadian itu. Rasulullah Saw. benar-benar mampu membuat unta itu berbicara. Orang-orang yang beriman menyadari betul bahwa semua itu terjadi sebagai mukjizat yang diberikan Allah kepada kekasih-Nya, Rasulullah Saw. Sedangkan orang-orang yang kafir,
menganggap bahwa ilmu sihir yang dimiliki Rasulullah Saw. sungguh hebat.

Setelah mendengarkan kesaksian unta tersebut, jelaslah sudah bahwa seluruh hadiah berupa emas, perak dan kain serta para budak itu adalah diperuntukkan bagi Rasulullah Saw. Kemudian Rasulullah Saw. memegang tali kekang unta-unta itu dan menuntunnya ke gunung Abi Qubais.

Setibanya di atas gunung, beliau mengeluarkan semua emas dan perak dari tumpukan hadiah tersebut. Sebelum meninggal¬kan gunung itu, terlebih dahulu Rasulullah bersabda kepada tumpukan emas dan perak tersebut: "Jadilah pasir." Maka, jadilah semua tumpukan emas dan perak itu sebagai pasir hingga saat ini.
Adapun kain dan para budak yang tertinggal, dibawa oleh Rasulullah Saw. untuk dibagikan kepada kaum Muslim. Orang- orang yang berkerumun di tempat itu pun membubarkan diri. Sedangkan Abu Jahal, meski telah kalah dengan telak karena tak mampu membuat unta berbicara, ia selalu saja memikirkan cara untuk bisa melawan dan mencelakakan Rasulullah Saw.

Semoga Allah Swt. selalu melindungi kita dari hati yang demikian itu. Dan semoga kecintaan kita kepada kekasih Allah, Rasulullah Saw., senantiasa bertambah, waktu demi waktu. Amin.


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB