Pernah menyaksikan orang yang gemar mengumpat dan mencela? Atau kita
sendiri masih suka mengumpat dan mencela? Had-hatilah dengan kebiasaan
lisan kita karena itu merupakan gambaran dari akhir kehidupan kita,
seperti kisah tragis yang menimpa seorang pemuda yang dikisahkan oleh
Manshur bin Nashir.
Seorang pemuda sedang mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi
sambil mendengarkan tape recorder yang melantunkan musik-musik barat.
Dalam perjalanan antara Mekkah dan Jeddah, mobil yang dikendarai oleh
pemuda tersebut mengalami kecelakaan yang sangat mengerikan. Penduduk
setempat yang menyaksikan kejadian itu segera mengerumuni lokasi
kejadian dan berusaha untuk memberi pertolongan.
Ketika sampai di tempat kejadian, mereka menyaksikan pemandangan yang
sangat mengenaskan. Pemuda tersebut berada dalam kondisi sakaratul maut.
Mereka pun berusaha membimbing pemuda itu untuk melafadzkan kalimat
tauhid.
"Wahai Saudaraku, ucapkanlah La ilaaha illallah," perintah mereka kepada pemuda tersebut.
Namun, sang pemuda tidak bisa mengucapkan kalimat tauhid tersebut.
Pemuda itu hanya bisa mengeluarkan gumaman yang tidak jelas dari
bibirnya. Orang- orang terus berusaha membimbing pemuda itu untuk
mengucapkan kalimat tauhid di akhir hayatnya. Akan tetapi, hingga
mengembuskan napas yang terakhir, pemada itu tetap tidak mampu
mengucapkan kalimat tauh id dengan benar.
Lidah pemuda itu berat mengucapkan kalimat tauhid. Hal ini karena selama
hidupnya, ia tidak terbiasa men basahi lidahnya dengan kalimat-kalimat
tauhid dan enggan berzikir kepada Allah. Sebaliknya, lidahnya sena
itiasa digunakan untuk mengumpat, mencela, dan mengajak orang lain untuk
bermaksiat kepada Allah. Demikian juga pendengarannya. Pendengarannya
cenderung digunakan untuk hal-hal yang dibenci Allah; men dengarkan
lagu-lagu yang merangsang syahwat dan kem; iksiatan-kemaksiatan lainnya.
Saudaraku, kita tidak tahu kapan ajal akan meng- hamoiri kita. Kita juga
tidak pernah tahu sedang dalam kondisi apa kita dihampirinya. Sedang
sakitkah? Dalam perjalanankah? Atau mungkin ketika sedang bermaksiat
kepadanya (Astaghfirullah, semoga kita dilindungi-Nya dari kondisi ini).
Kita juga tidak tahu kapan ajal akan menghampiri kita. Satu tahun lagi?
Dua tahun lagi? Atau bahkan be- bera pa menit lagi. Kita tidak tahu.
Semua adalah misteri Allah semata.
Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi kita selain men persiapkan diri
untuk menyambut kehadirannya. Menghiasi diri kita dengan amalan-amalan
terpuji. Menjauh: segala bentuk maksiat dan membasahi lisan kita dengan
zikir-zikir kepada-Nya.
"Lisan yang terbiasa dibasahi kalimat tauhid dan zikir kepada Allah,
maka saat ajal menghampirinya, ia tidak akan mengucapkan kalimat lain
selain zikir kepada Allah. Demikian juga sebaliknya, lisan yang akrab
dengan kata-kata maksiat, hawa nafsu, celaan, umpatan, dan ejekan, maka
kata-kata itu juga yang akan mampu diucapkan oleh lisan di akhir
hayatnya. Wallahualam. "