"Adakah di antara kalian yang malam ini bersedia menjamu tamu kita ini?" tanya Rasululullah.
Seorang sahabat dari kaum Anshar segera berdiri dan berkata, "Biarlah ia dijamu di rumah kami ya, Rasulullah."
"Baiklah kalau begitu. Aku percayakan tamuku kepadamu," ujar Rasulullah.
Orang Anshar itu lalu pergi menuju rumahnya dengan diikuti sang tamu. Ketika sampai di rumahnya, orang Anshar menyediakan tempat untuk beristirahat sang lamu.
"Beristirahatlah dulu, Saudara. Aku akan menyuruh istriku memasak untukmu," ujar orang Anshar kepada tamunya.
"Baik. Terima kasih atas semua kebaikanmu. Semoga Allah Swt. membalas kebaikanmu dan memuliakanmu," ucap sang tamu.
Orang Anshar itu hanya tersenyum. Setelah mengantar tamunya ke ruang istirahat, orang Anshar itu segera menemui istrinya.
"Aku membawa tamu Rasulullah saw. dan aku ingin sekali dapat menjamunya dengan sebaik-baiknya. Apakah kau punya makanan, Istriku?"
Istrinya menjawab, "Demi Allah! Kita tidak mempunyai banyak makanan. Mungkin hanya cukup untuk makanan anak-anak kita."
"Kalau begitu, tidurkan dulu anak-anak kita. Lalu sementara kau memasak, aku akan mengajak tamu itu berbincang-bincang. Jangan lupa, pada saat kau nanti hendak menghidangkan makanan di depan tamu kita, padamkan lampunya supaya ia tidak melihat bahwa kita punya makanan yang hanya cukup untuknya."
"Bukankah kita harus menghormati tamu dengan menemaninya makan?" tanya istrinya.
`Ya, aku akan menemaninya dengan berpura-pura mengunyah makanan. Ia pasti tidak akan melihat karena ruangan ini akan sangat gelap. Saat kau menghidangkan makanan, katakan kepadanya bahwa kau akan pergi untuk memperbaiki lampunya."
Pada malam itu, keluarga orang Anshar tersebut menahan lapar demi membuat tamunya merasa kenyang dan puas dengan pelayanan mereka. Allah Swt. Maha Melihat peristiwa yang terjadi di rumah orang Anshar tersebut. Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan firman yang berbunyi:
"Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. "
-QS Al-Hasyr ayat 9
Melalui wahyu tersebut, Rasulullah saw. mengetahui kebaikan orang Anshar pada saat menjamu tamunya. Keesokan harinya, beliau memanggil orang Anshar tersebut dan menyampaikan penghargaan dari Allah melalui firman-Nya atas semua kebaikan yang dilakukannya. Tidak ada kebahagiaan yang lebih baik bagi orang Anshar, selain apa yang dilakukannya mendapat ridha dari Allah Swt. Karena dengan ridha Allah, urusan apa pun, termasuk urusan rezeki akan menjadi mudah.
"Allah Swt. Maha Melihat orang yang berbuat kebaikan. Dia tidak akan melalaikannya dan pasti akan membalasnya, baik di dunia maupun di akhirat. "
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama