Rumput Tetangga Tak Selalu Lebih Indah

adminaba | Senin, 29 Oktober 2012 06:04 WIB | 17.438 kali
Rumput Tetangga Tak Selalu Lebih Indah
Raina dan Halim adalah sepasang suami istri muda yang bahagia. Mereka dikaruniai satu orang putra yang lucu sekali. Rumah mungil mereka selalu hangat dengan tawa riang dan kasih sayang. Mereka benar-benar keluarga kecil yang bahagia. Hingga tiba waktunya mereka diuji oleh Allah Swt.

Raina dan Halim memiliki tetangga baru. Rumah yang tepat berada di seberang rumah Raina dan Halim kini sudah ditempati. Raina senang sekali karena penghuni baru itu sama-sama pasangan muda. Siang hari, saat suami mereka sama-sama sedang bekeija, si istri yang bernama Najwa sering berkunjung ke rumah Raina, begitu pun sebaliknya. Tak butuh waktu lama, mereka menjadi teman dekat. Namun, kedekatan Raina dan Najwa malah membawa akibat buruk bagi keluarga kecil Raina dan Halim.

"Suamiku, lihatlah kursi tamu di rumah kita sudah jelek dan kusam. Aku malu kalau Najwa datang bertamu. Kursi di rumahnya sungguh bagus dan empuk. Bisakah kita membeli kursi baru?" keluh Raina pada suatu hari.
Halim mengabulkan permintaan Raina karena kursi mereka memang sudah tua dan rapuh. Kebetulan, mereka juga ada kelebihan uang. Namun, kursi yang dibeli Halim tak sebagus kursi yang ada di rumah Najwa.

Walaupun sedikit merengut, Raina cukup senang dengan kursi baru mereka. "Setidaknya kursi ini lebih bagus daripada yang dulu,’’pikir Raina.
Sejak kedatangan tetangga baru, keluhan-keluhan selalu keluar dari mulut Raina. Perdebatan sering teija- diantara Halim dan Raina. Rumah mungil mereka kini menjadi muram karena jarang sekali terdengar tawa bahagia dari dalamnya.

"Suamiku, hari ini Najwa memakai kalung emas yang indah sekali. Hadiah dari suaminya. Mereka memang keluarga bahagia. Lalu, kapan kau mau membelikanku hadiah?" pinta Raina di hari yang lain.

"Raina, Istriku sayang. Tahukah kau, ada sesuatu yang kita miliki yang tak bisa dibandingkan dengan keluarga mana pun, tak juga bisa dibandingkan dengan harta benda dan perhiasan," jelas Halim.
"Maksudmu?" Raina tak mengerti.

"Dia memberi kita kebahagiaan lahir dan batin; membawa keceriaan dan tawa di rumah mungil kita. Dia adalah anak kita, yang kini belum dimiliki Najwa dan suaminya, juga berbeda dari apa pun yang dimiliki keluarga lain," jawaban Halim menyadarkan Raina atas kebutaannya selama ini.
"Astagfirullah, ampuni aku yang mendustakan nikmatmu, ya Allah," ungkap Raina dengan penuh rasa penyesalan.

"Jangan pernah lupa untuk mensyukuri apa yang kita peroleh. Percayalah, Allah Sang Mahaadil memberikan rezeki yang seadil-adilnya kepada seluruh umatnya. "

 



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB