Berabad-abad yang lalu, di Negeri Persia, Iran, memerintah seorang Kisra yang adil. Kisra adalah gelar bagi penguasa atau raja bangsa Persia. Kebijaksanaan dan keadilannya dalam menjalankan tugas membuat seluruh rakyat mencintai kisra tersebut. Seluruh rakyatnya pun hidup penuh kebaikan.
Pada masa pemerintahannya, teijadi peristiwa perselisihan antara seorang pembeli rumah dengan penjualnya. Setelah membeli rumah dan menempatinya, pembeli menemukan harta karun di dalam rumah yang baru dibelinya itu. Ia pun datang kepada penjual rumah untuk mengembalikan harta itu.
"Aku hanya membeli rumah itu. Bukan untuk harta karun yang ada di dalamnya," ujar si pembeli rumah.
Namun, si penjual rumah menolak dan berkata, "Aku sudah menjual rumah itu kepadamu. Aku tidak peduli lagi apa isi rumah itu. Sekarang semuanya sudah menjadi milikmu dan ada dalam tanggung jawabmu," tegas si penjual.
"Itu sudah ada sejak rumah itu masih milikmu. Kamu harus mengambilnya," desak si pembeli.
"Tidak! Aku tidak mau!" bantah si penjual. "Itu bukan milikku!"
"Ya! Itu milikmu!" teriak si pembeli.
Pertengkaran pun teijadi semakin sengit. Kedua belah pihak merasa dirinyalah yang paling benar. Akhirnya, datang seseorang untuk melerai mereka. Setelah penjual dan pembeli menjelaskan duduk perkaranya, orang yang melerai pun ikut merasa bingung. Tiba-tiba, salah seorang dari mereka mempunyai usul.
"Bagaimana kalau permasalahan ini kita ajukan saja kepada Kisra. Bukankah beliau pemimpin yang sangat adil?"
‘Ya, ya betul," sahut yang lainnya.
Mereka lalu berangkat ke tempat Kisra. Sesampainya di sana, mereka menceritakan masalah pertengkaran itu.
Kisra bertanya, "Apakah kalian mempunyai anak yang sudah balig?"
"Aku mempunyai anak laki-laki yang sudah balig," jawab si penjual dengan heran karena merasa tidak ada hubungan antara permasalahan yang ia ajukan dengan pertanyaan Kisra barusan.
"Aku juga mempunyai anak perempuan. Dia sudah balig sekarang," ujar si pembeli.
"Kalau begitu, kenapa tidak kalian coba pertemukan mereka berdua. Barangkali, di antara mereka ada jodoh. Kalau mereka setuju untuk menikah, tentu kalian berdua akar; menjadi kerabat. Lalu, wariskan harta itu kepada anak kalian untuk kelangsungan kehidupan rumah tangga mereka berdua," anjur Kisra menjawab masalah mereka.
Si penjual dan pembeli tersenyum. Mereka merasa rnendap itjawaban yang adil atas masalah tersebut. Sepulangnya ke rumah masing-masing, mereka langsung melakukan apa yang dianjurkan oleh Kisra. Atas kejujuran dan kebaikan mereka, Allah melancarkan semua urusan
keduanya. Tanpa ada kesulitan, kedua anak mereka pun melangsungkan pernikahan dan mendapatkan warisan harta karun yang berasal dari rumah orangtua mereka.
"Bagi manusia yang meyakini bahwa rezeki itu berasal dari Allah, Sang Maha Pemberi, maka tidak akan ada kekhawatiran dalam dirinya ketika harus memenuhi hak orang lain yang ada pada dirinya. "