Pada suatu masa, Malik bin Dinar berangkat ke tanah suci di Mekkah dengan berjalan kaki. Malik bin Dinar adalah anak seorang budak berbangsa Persia dari Sijistan, Kabul, Afghanistan. Meskipun ayahnya budak, Malik seorang yang merdeka. Ia adalah salah satu murid ulama besar, Hasan Al Bashri.
Saat melewati padang ilalang dan hutan belantara, Malik bin Dinar memutuskan untuk beristirahat sebentar. Ia berteduh di bawah pohon yang rindang. Di tariknya napas dalam-dalam, lalu dihembuskannya perlahan meredakan kepenatan yang ia rasakan. Pandangannya diarahkan ke sekeliling hutan. Langit begitu cerah dan angin pun berembus sepoi-sepoi.
Tiba-tiba, pandangan Malik bin Dinar terhenti pada seekor gagak yang tengah melayang rendah sambil membawa sesuatu di paruhnya. Malik penasaran apa yang dibawa burung gagak itu. Supaya tidak mengejutkan sang gagak, ia mengendap-endap mengikuti arah perginya sang gagak. Entah kenapa, perasaan hatinya begitu kuat ingin terus mengikuti ke mana perginya sang gagak.
Malik menduga, gagak yang terbang itu pasti menyimpan suatu rahasia. Oleh karena itu, ia terus saja mengikuti sang gagak hingga sampailah ia di depan sebuah gua. Rupanya, gagak itu memasuki gua. Malik pun secara perlahan mendekat dan memasuki mulut gua itu.
Malik berhenti sejenak karena tidak bisa melihat apa pun. Namun lama-kelamaan, pandangannya bisa menyesuaikan diri. Ia tebarkan pandangannya ke seluruh sisi gua tersebut dan meneruskan langkahnya memasuki gua.
Pada saat Malik mendengarkan kepakan sayap, ia berhenti di belakang sebuah batu. Lalu, dilongokkan kepalanya ke arah suara kepakan itu. Malik terkejut melihat sesosok tubuh yang tangan dan kakinya terikat. Dilihatnya, burung gagak itu sedang menyuapkan sesuatu yang ada di paruhnya ke dalam mulut orang itu, sedikit demi sedikit. Sesudah itu, burung gagak itu kembali terbang dan tidak terlihat lagi.
Malik cepat-cepat mendekati orang yang terikat itu sambil membuka ikatannya. Ia bertanya, "Siapakah kau? Apa yang teijadi padamu?"
"Aku adalah orang yang sedang dalam peijalanan menunaikan ibadah haji. Namun, ketika dalam perjalanan hartaku dirampok oleh penyamun. Lalu, tangan dan kakiku diikatnya. Setelah itu, aku dilemparkan ke gua ini," jelas orang itu.
"Malang sekali nasibmu. Aku ke sini mengikuti burung gagak yang membawa sesuatu di paruhnya. Tampaknya, burung itu memberikan sesuatu itu kepadamu."
‘Ya, yang disuapkannya kepadaku tadi adalah roti. Setiap hari, ia memberikan makanan dan minuman untukku."
"Subhanallah. Ilmu apa yang kaumiliki, Saudara. Sampai gagak itu sedemikian tunduknya padamu."
"Tidak ada. Selama lima hari, sejak aku di sini, aku hanya bersabar saja dan berdoa, ‘Wahai Zat yang berfirman dalam kitab-Nya: Percayalah bahwa Dia (Allah) akan mengabulkan doa hamba-Nya yang ditimpa kemalangan. Aku sekarang membutuhkan pertolongan-Mu, maka rahmatilah aku.’ Allah mengabulkan doaku dengan mengutus seekor gagak untuk melayani seluruh kebutuhanku."
"Kau sudah terbebas. Bagaimana kalau kita lanjutkan perjalanan menuju tanah suci. Biarlah bekalku ini kita makan bersama selama di peijalanan."
Orang yang tadinya terikat itu sangat bersyukur kepada Allah Swt. dan mengucapkan terima kasih kepada Malik bin Dinar. Mereka berdua pergi meninggalkan gua itu untuk melanjutkan perjalanan.
"Yakinlah, Allah Swt. itu mendengar doa hambanya
dan Ia tahu saat yang tepat untuk mengabul kannya. "