Ketika Aib Dibuka

adminaba | Rabu, 26 September 2012 00:00 WIB | 11.041 kali
Ketika Aib Dibuka
Pada suatu hari, ada seorang saleh lewat di hadapan pengemis. Dengan memelas, pengemis itu meminta bagian sedekah untuk dirinya.

"Tuan, sudilah membagi karunia yang Allah berikan kepadamu, walaupun hanya sedikit saja?" demikian ucap si pengemis mulai melancarkan rayuannya.
Sejenak, orang saleh itu memandang kepada pengemis. Sungguh menyesal hatinya karena saat ini ia sedang tidak memiliki uang.

"Seandainya aku punya harta, aku pasti memberikannya," pikir orang saleh itu.
"Berilah aku sedekah," pinta pengemis.
"Segala puji bagi Allah yang memberikan saat lapang dan saat sempit kepada hambanya," ucap orang saleh itu. "Saat ini aku tidak memiliki apa pun untuk kuberi-kan padamu."
Si pengemis merasa kesal dan marah kepada orang saleh itu. Kemudian, ia pergi dan mulai mencaci maki orang saleh itu di jalanan.

"Dasar orang yang pelit! Tidak punya perasaan melihat orang lapar!"
 Amarah memenuhi hati si pengemis sehingga ia hanya memikirkan kesalahan-kesalahan orang saleh itu. Sesungguhnya, orang yang disibukkan mencari kesalahan orang lain, tidak akan pernah bisa melihat kebaikan- kebaikannya. Si pengemis tetap merasa kesal, meskipun ia pernah menerima kebaikan orang saleh pada waktu- waktu sebelumnya.

Di tempat orang saleh berada, seseorang sedang melapor kepadanya bahwa si pengemis sedang menca¬ci maki dirinya di tempat lain. Namun, lelaki saleh itu malah tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa. Pengemis itu hanya menyebutkan sedikit dari banyaknya sifat burukku. Mungkin hanya satu dari seratus sifat buruk yang aku punya."

"Tapi, bukankah dia tahu, kau pernah berbuat baik pada dirinya?" tanya orang yang melaporkan itu.
"Dia baru kenal dengan diriku beberapa tahun saja, dibandingkan puluhan tahun umurku hidup di dunia ini. Jadi, dia belum sepenuhnya mengenal diriku yang
asli."

"Apa untungnya bagi dirimu, wahai orang saleh? Dengan perlakuan buruk si pengemis itu, kau malah tersenyum mendengar laporanku."
"Sesungguhnya, hanya Allah Yang Maha Tahu saja yang mengetahui kesalahan-kesalahanku. Bahkan, Dia lebih tahu dari diriku sendiri. Seandainya ada orang yang mau memerhatikan dan mencatat kesalahan-kesalahanku sejak aku di dunia, aku termasuk orang yang beruntung. Karena aku bisa segera memperbaikinya sehingga aku tidak takut lagi akan tuntutan Allah di hari kiamat."

 "Bila seseorang karena kebodohannya mengejekmu, jangan layani. Anggaplah itu sebagai kritik dan saran untuk membuatmu lebih baik."



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB