Si Tukang Tidur dan Pintu Surga
Oleh adminaba pada Jum'at, 24 Januari 2014 02:30 WIB
Ada seorang laki-laki dikenal karena kesalehan dan kebaikannya. Dia rajin melakukan ibadah, baik yang wajib maupun yang sunah. Dia juga penyayang kepada sesama dan suka memberi sedekah. Ketika dia mendapat kesulitan, dia dengan sabar menghadapinya. Dia juga orang yang suka mencari ilmu dan mempunyai sifat rendah hati. Semua orang mengenalnya karena kebaikan yang ada pada dirinya.
Namun, dia mempunyai kekurangan, yaitu kurang perhatian. Dia hanya melakukan kebajikan dan amal saleh, apabila ia ingat melakukannya. Jika sedang sibuk memenuhi kebutuhan dirinya, ia lupa pada semua kebaikan-kebaikan yang suka dilakukannya. Pada akhirnya, tidak sepenuhnya semua orang tertolong oleh dirinya dan ada saat-saat dia mengabaikan mereka. Ia juga sangat suka tidur. Takjarang, kesukaannya tersebut membuatnya melewatkan ilmu yang saat itu datang padanya. Dengan tidurnya pula, banyak waktu yang sebenarnya bisa digunakan untuk beribadah dan beramal saleh menjadi terlewat begitu saja.
Mungkin kekurangannya itu hanya cacat kecil dibanding lautan kebaikan-kebaikan yang dia lakukan.
Namun, rupanya Allah hendak memberikan pelajaran kepada dirinya. Pada saat dia sedang terddur, dia bermimpi. Dalam mimpinya, dia mendapatkan dirinya sudah meninggal. Mengingat bahwa selama hidupnya ia melakukan banyak kebaikan, maka ia merasa tidak khawatir. Sudah terbayang di pelupuk matanya ia pasti akan masuk surga tingkatan yang tinggi. Namun, ketika ia sampai di depan pintu gerbang surga, langkahnya ditahan oleh malaikat penjaga surga.
Sang malaikat itu berkata, "Pintu surga ini hanya terbuka dalam waktu-waktu tertentu dan hanya sebentar saja. Jadi, kamu harus betul-betul memperhatikannya." Laki-laki itu lalu menunggu di depan pintu gerbang surga. Dia tetap merasa yakin bahwa ia akan masuk surga. Jadi, ia tidak terlalu perhatian terhadap ucapan sang malaikat penjaga surga. Ia hanya mondar-mandir saja di depan pintu gerbang surga itu. Ditunggu-tunggu dalam waktu yang cukup lama, pintu gerbang surga tidak terbuka juga. Dia mulai merasa bosan dan ia hanya duduk santai.
Pada saat ia lengah, kemudian tertidur, justru pada saat itulah pintu gerbang surga terbuka. Sungguh kasihan sekali. Begitu ia bangun, pintu surga sudah tertutup kembali dan entah kapan akan terbuka lagi.
Dengan perasaan menyesal dia berkata, "Seandainya aku tidak pernah menyia-nyiakan setiap kesempatan, tentu aku sudah ada di dalam surga sana."
Dan memang, Allah memberikan kesempatan kepada dirinya. Si lelaki itu memang belum meninggal karena ia hanya bermimpi. Ketika terbangun, ia berjanji untuk lebih bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah dan amal saleh.
"Beribadah dan berbuat kebajikan dilakukan bukan hanya karena kita menyukai atau ketika kita sedang ingat. Tapi harus dilakukan baik dengan sukarela terpaksa, baik dalam keadaan lapang maupun sempit"