Raja Yang Berhati Halus

adminaba | Sabtu, 25 Agustus 2012 00:00 WIB | 6.107 kali
Raja Yang Berhati Halus
Salah satu kegemaran Rajajahram Jur dari Persia adalah berburu. Raja akan terus melakukan perburuan selama belum mendapat binatang buruan. Raja selalu yakin dengan pengalamannya berburu. Ia tidak akan pulang dengan sia-sia.
Perjalanan berburu kali ini lebih jauh dari biasanya. Namun, Raja belum juga menemukan binatang untuk dijadikan sasaran. Meskipun begitu, tidak terlihat di wajah Raja dan para pengikutnya, raut muka kecewa. Raja dan para pengikutnya sangat menikmati setiap perjalanan berburu yang mereka lakukan. Selama mereka menunaikan tugas di kerajaan, banyak sekali masalah yang harus mereka selesaikan. Kesempatan untuk berekreasi ke hutan merupakan saat-saat menghilangkan kepenatan dan kembali menghirup udara segar.
Ketika sampai di tengah hutan, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Belum lama mereka duduk-duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncullah seekor keledai. Rjya langsung naik ke atas kudanya dan mengejar keledai itu. Para pengawal tidak sempat mengikutinya karena Raja begitu cepat menghilang dari pandangan mereka.
Sampai di suatu tempat, akhirnya Raja berhasil menangkap keledai tersebut. Supaya keledainya mudah
dibawa, keledai itu akan Raja sembelih terlebih dahulu. Akan tetapi, karena tidak ada yang membantu, Raja merasa kerepotan sekali menyembelihnya.
Rupanya, Raja mengejar keledai sampai kembali ke pinggir hutan, mendekati kerajaannya. Tidak berapa lama kemudian, Raja melihat seorang penggembala menghampirinya.
"Hai penggembala! Aku membutuhkan bantuanmu. Peganglah satu sisi dari keledai ini, aku akan menyembelihnya."
Tampaknya, penggembala itu orang pinggir desa yang bodoh dan jarang bergaul dengan orang lain. Tidak ada sopan santun yang seharusnya dia lakukan ketika orang lain mengajak bicara padanya. Tanpa bicara, penggembala itu menuruti kemauan Rsya.
Setelah keledai selesai disembelih, Raja berniat membersihkan beberapa bagian keledai supaya tidak mengotori kuda dan bajunya. Ia pun menitipkan kudanya kepa¬da si penggembala. Begitu disuruh, penggembala segera mengambil tali kekang kuda.
Ketika Raja sedang membersihkan keledai, ia meno¬leh sebentar ke arah kudanya yang dijaga si penggembala. Betapa terkejutnya Raja, penggembala itu sedang mengambil permata yang terpasang di kucir kudanya. Raja cepat-cepat mengalihkan perhatiannya kembali ke keledai yang diurusnya. Hatinya sedih melihat peristiwa itu. Ternyata, si penggembala yang merupakan rakyatnya sendiri, telah berbuat yang tidak terpuji. Raja merasa malu kalau harus menegurnya dengan keras. Baginya, keadaan rakyatnya merupakan cerminan bimbingan rajanya. Ia merasa penggembala itu adalah tanggung jawabnya sehingga ia merasa tidak tega untuk memarahinya. 
Setelah semua urusan Raja selesai, Raja pun naik ke atas kudanya untuk kembali kepada rombongannya, sambil berkata kepada si penggembala, "Kamu harus tahu, bagiku, melihat suatu keaiban merupakan aib. Renungkanlah! "
Raja, berkata demikian supaya penggembala itu tahu, bahwa Raja menyaksikan perbuatannya. Namun, karena hati Raja yang halus dan penuh kasih sayang, ia tidak ingin mempermalukan penggembala itu. Raja malah merasa malu karena ia harus menyaksikan perbuatan yang memalukan. Raja berharap penggembala itu mengerti ucapannya dan merasa malu serta tidak mengulangi perbuatan buruknya.

"Orang yang berhati halus akan merasa tidak tega kalau orang lain harus menanggung malu karena ketahuan melakukan perbuatan salah. Oleh karenanya, tidak semua orang bisa mengingatkan orang lain dengan cara keras. Hal yang demikian itu, bisa jadi merupakan cara yang lebih baik untuk memberi kesempatan kepada orang lain dalam memperbaiki dirinya dengan tanpa menyinggung harga dirinya. "



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB