Para orang kaya di Kota Basrad gelisah. Akhir-akhir ini, di rumah beberapa orang kaya telah teijadi pencurian. Peristiwa ini membuat orang kaya lainnya merasa waswas. Jangan-jangan, mereka akan menjadi sasaran berikutnya. Herannya, walau si pencuri sudah berhasil mendobrak masuk dan mengetahui letak harta mereka, si pencuri tidak pernah mengambil semua uang dan harta mereka. Si pencuri hanya mengambil sejumlah kecilnya saja. Walau begitu, tetap saja peristiwa pencurian ini membuat mereka waspada.
Pada suatu malam, seorang pemuda mengendap-endap masuk ke salah satu rumah orang kaya tersebut.
"Alhamdulillah, semua terlelap," kata pencuri itu ketika sudah berhasil memasuki rumah.
Lalu, dia mencari di mana letak uang dan emas si tuan rumah disimpan. Si pencuri bergerak dengan rapi. Dia tidak membuat seisi rumah berantakan. Ketika satu per satu barang dibongkar, dia selalu membereskannya kembali. Hingga akhirnya, dia menemukan tempat har¬ta dan uang itu disimpan.
Dia mengeluarkan isi lemari tanpa sisa. Namun, bukan memasukkannya ke dalam tas yang dia bawa, mela¬inkan dia mulai menghitungnya dengan cermat.
Sayup-sayup terdengar azan.
"Allahu Akbar... Allahu Akbar...," suara azan Subuh berkumandang.
"Allahu Akbar...," ujar sang pencuri dalam hati.
"Sudah waktunya azan, aku harus segera shalat...." Dia beranjak dari duduk, lalu melakukan shalat.
Tiba-tiba, tuan rumah itu terbangun. Dia sangat terkejut karena lemari kekayaannya terbuka lebar serta harta bendanya berserakan dan ada orang yang sedang shalat.
"Siapa dia?" tanya istrinya heran.
"Apa yang terjadi?" si tuan rumah tak kalah heran.
Mereka lalu menunggu sampai si pencuri selesai sha¬lat.
"Hei siapa kau?" bentak tuan rumah kepada si pencu¬ri setelah melepaskan salam.
Si pencuri tidak menyahut.
"Azan telah memanggil semua manusia untuk menu¬naikan urusannya dengan Allah. Bukankah lebih baik Tuan shalat terlebih dahulu sebelum menyelesaikan urusan kita?" kata si pencuri.
"Aku tidak peduli, siapa kau?" bentaknya lagi sambil menodongkan senjata ke arah pencuri.
"Apakah Tuan selalu melalaikan shalat?" tanya pen¬curi dengan tenang.
"Itu bukan urusanmu," jawabnya ketus.
’Apakah Tuan berzakat?"
"Zakat? Untuk apa? Harta yang kukumpulkan itu dengan jerih payahku sendiri. Jadi, untuk apa aku menghambur-hamburkannya melalui zakat," jawab si tuan rumah.
"Kalau begitu, aku akan menjawab pertanyaan Tuan. Aku adalah seorang pencuri, tapi yang aku curi adalah hak orang lain yang ada dalam hartamu. Aku mengambil
2,5% dari harta yang kaumiliki dan kusalurkan sebagai zakat," jawab si pencuri dengan sangat tenang.
"Tapi kali ini, aku terlambat datang ke rumahmu se¬hingga belum selesai menghitung zakat, azan sudah memanggil untuk shalat. Itu sebabnya, aku shalat terlebih dahulu," lanjut si pencuri.
Tuan rumah dan istrinya saling pandang keheranan.
"Kau sudah gila. Bagaimana jika aku berteriak dan membuat orang seisi kampung menangkapmu?" tanya si tuan rumah.
"Biarlah Allah yang menjagaku. Aku mencuri untuk tujuan baik."
"Adakah sebuah pencurian yang bertujuan baik? Adakah pencuri yang menganggap apa yang dilakukan¬nya merupakan bagian dari ketakwaan?"
"Semoga memang ada. Aku tidak pernah menggunakan uang curianku untukku sendiri, tetapi kubagikan kepada orang-orang miskin di sekitarmu. Tidakkah kau tahu di samping rumah mewahmu ini ada seorang tetanggamu yang merintih karena kelaparan?" tanya si pencuri.
Orang kaya dan istrinya itu menangis haru.
"Sungguh baik budi pekertimu. Mulai saat ini, aku akan berzakat dan bersedekah. Aku juga akan mengajak orang kaya lainnya untuk melakukan hal yang sama. Semoga dengan apa yang kami lakukan, banyak orang miskin yang akan terbebas dari rasa lapar," kata orang kaya itu dengan yakin.
Setelah itu, dia memberikan seluruh harta bendanya kepada si pencuri, "Tolong bagikan kepada orang-orang miskin yang kelaparan di kota ini."
Sejak itu, tidak ada pencurian lagi di Kota Basrad dan para orang kaya secara aktif menyalurkan zakatnya kepada yang berhak.
"Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskan (dosa) perbuatan buruk tersebut. Bergaullah dengan manusia berakhlak luhur."
-HR TIRMIDZI