Khalid bin Umar adalah seorang pemuda Arab yang hobi mabuk-mabukkan dan berkunjung ke lokasi pelacuran.
Sore itu, Khalid tengah melangkahkan kaki ke luar rumah. Dengan wajah kusut, mata merah, dan rambut acak-acakan, pemuda yang tidak memiliki pekeijaan itu baru sjya bangun tidur dan pamit kepada ibunya.
"Ibu, aku keluar dulu, mau ke pasar," teriak Khalid.
Mendengar teriakan anaknya, Julaeha tergopoh menghampiri anaknya.
’Ya Allah, anakku. Bangun tidur kau langsung pergi ke pasar? Kenapa tidak shalat dahulu, mandi, kemudi¬an merapikan apa yang kaupakai?" kata Julaeha sambil mencoba membenahi pakaian anaknya.
Khalid menepis tangan ibunya. "Aaah... jangan banyak omong. Aku mau ke pasar dan tidak perlu pakai nasihat segala," katanya dengan marah.
"Apakah kau akan meminta uang ke orang-orang di pasar dan mabuk-mabukan?" tanya Julaeha menahan sedih.
"Aaah... itu bukan urusanmu, wanita tua!" teriak Khalid.
Lalu, dia pergi dengan sempoyongan, meninggalkan ibunya yang menangis sedih
Tiba di pasar, Khalid bersama teman-temannya mulai memeras para pedagang. Setelah terkumpul uangnya, mereka lalu berkumpul untuk bermain judi dan pesta minuman keras.
Sedang asyik-asyiknya berpesta, tiba-tiba, "Wah, suara azan itu benar-benar mengganggu, hahaha!" teriak Kha¬lid, disambung dengan tawa teman-temannya.
"Bagaimana kalau kita lanjutkan permainan di tempat lokalisasi?" usul temannya.
"Boleh juga. Lagi pula aku sudah rindu dengan perempuan-perempuan cantik di sana," sahut Khalid.
Mereka pun menuju tempat lokalisasi pelacuran. Sementara itu, Julaeha sedang menangis dalam shalat- nya, Ya Allah, apa yang harus aku lakukan untuk membuat anakku insaf? kata Julaeha dalam batin sambil terus meneteskan air mata.
Pada dini hari, Khalid menggedor rumah.
"Ibu, buka pintunya!" teriak Khalid.
Julaeha yang sedang terlelap, kaget, lalu segera membuka pintu. Khalid masuk dengan sempoyongan, lalu ambruk di depan Julaeha. Wajah Khalid membiru, perutnya membengkak, dan badannya dingin. Tidak berapa lama kemudian, Khalid mengembuskan napas terakhirnya.
’Ya Allah, aku tidak menyangka anakku satu-satunya akan mendahului aku. Maafkanlah semua dosanya," ujar Julaeha dalam lirih doanya.
Setelah dikebumikan, Julaeha dan seluruh tetangga kembali ke rumahnya. Namun, baru satu jam kemudian, seorang lelaki tetangganya yang ikut menguburkan Khalid datang kepada Julaeha.
"Ketika aku menguburkan Khalid, salah satu harta bendaku teijatuh di sana. Itu adalah benda yang sangat
berharga untuk anakku. Jika kau mengizinkan, aku ingin mengambilnya kembali," katanya meminta izin.
Dengan terpaksa, akhirnya kuburan Khalid dibong¬kar kembali. Apa yang terjadi? Jasad Khalid yang baru di¬kuburkan satu jam saja sudah acak-acakan, bahkan hancur. Melihat hal ini, penduduk merinding dan langsung memperbincangkannya. Julaeha hanya bisa mengelus dada sambil terus meratap, ’Ya, Allah... maafkanlah dosa anakku."
"Sayyidina Ali ra. berkata: ’Rasulullah menyuruh kami bila beijumpa dengan ahli maksiat agar kami berwajah masam."
-HR ATH-THAHAWI