Kisah Kasim, Sang Pencari Lailatul Qadar

adminaba | Sabtu, 11 Agustus 2012 07:55 WIB | 25.758 kali
Kisah Kasim, Sang Pencari Lailatul Qadar
Kisah berikut ini ditulis oleh Debby Hariyanto Mano, tentang Kasim, seorang lelaki yang berusaha menggapai Lailatul Qadar. Kita akan mendapati kegigihan seorang hamba Allah sedang berusaha menggapai kemuliaan di sisi-Nya. Berikut kisahnya.
Hidup sebatang kara selama sepuluh tahun terakhir, tak lantas membuat Kasim (57), tunawisma di salah satu sudut Kota Gorontalo, merasa kesepian dan putus asa menjalani hidup. Bermodal sepeda tua, sebuntal pakaian serta pasir penggosok, ia berpindah-pindah tempat seantero kota, demi sekedar mencari tempat singgah untuk istirahat, menghilangkan kepenatannya seusai bekerja.
Dari rumah ke rumah, Kasim menawarkan jasanya untuk membersihkan wajan atau alat dapur lainnya dengan upah seribu hingga lima ribu rupiah. Tak jarang ibu rumah tangga, hatinya tersentuh dan memberi upah yang lebih besar. Kasim memang tak pernah menetapkan upah yang harus dibayar, setelah wajan-wajan mereka bersih dari kerak arang berkat "khasiat" pasir gosoknya. Sisa-sisa arang yang ’menyelinap’ di kuku jarinya, cukup untuk menjadi bukti bahwa pria paruh baya tersebut ikhlas menjalani pekerjaan yang unik itu.
 Kasim memang pantang menjadi seorang peminta-minta dari rumah ke rumah. "Allah tidak pernah buta, Dia selalu memberi pertolongan sehingga saya bisa bertahan hidup seperti saat ini," ujarnya, ketika ditemui di pinggiran kota Gorontalo.
 Kepergian istri dan anak kehadirat Allah swt sepuluh tahun silam, membuatnya tersadar bahwa ia harus segera membenahi hidupnya. Sebelumnya Kasim dihabiskan hari-harinya dengan mencuri dan berjudi.
 "Mungkin anak dan istri saya sengaja diambil Tuhan, sebagai peringatan untuk segera bertobat dan meninggalkan dua perbuatan Saat itulah titik balik kehidupan Kasim berubah, la kembali ke jalan-Nya dan berniat membersihkan dosa-dosa hingga hidup selesai dijalaninya. Perasaan menyesal dan bersalah, membuatnya semakin "melek" agama, la mengawali dengan belajar mengaji pada seorang ustad, dan kemudian berkelana dari masjid ke masjid.
Bulan Ramadhan merupakan saat yang paling ia tunggu- tunggu. la selalu menyambutnya dengan suka cita. "Aku ingin mendapatkan malam seribu bulan. Aku ingin mengejar pengam-punan di bulan Ramadhan," ujarnya.
la selalu teringat kata-kata guru mengajinya, yang mengutip hadis yang dirawikan Bukhari dan Muslim, "Barang siapa mengerjakan ibadah di malam Lailatul Qadar karena imannya kepada Allah dan karena mengharapkan keridhaan-Nya, niscaya diampunilah dosanya yang telah lalu."



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB